Parenting Blogger Medan: 8 Tips untuk Menjadi Ibu yang Tidak Pemarah




Seorang ibu juga  manusia biasa, yang pasti terkadang bisa marah juga (bukan bisa lagi mak, keahlian saya itu mah.. *inhale… exhale…”).
Tapi apa ada orang yang tidak pernah marah?
Yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan amarah kita. Sekali kita berhasil mengendalikan amarah kita, sekali kita berhasil mengalahkan amarah kita, segalanya akan mejadi lebih mudah.

Setelah menjadi ibu, kita bukan hanya bersabar pada satu dua hal saja. Banyaknya informasi dan kanan kiri; terhadap anak harus begini, harus begitu, semua betul-betul rumit. Tapi pada prakteknya, apa semua bisa dilakukan dengan sempurna?
Wah di saya tidak tuh..

Berbeda dengan teori-teori pengasuhan anak, mungkin di dunia ini tidak akan ada satupun ibu yang mampu memberikan segalanya dan memperlakukan anak dengan sempurna.

Seorang ibu juga manusia biasa. Meskipun bertaruh nyawa pada saat melahirkan anak, tetap saja saya akan jengkel pada saat anak menumpahkan sebotol parfum saya yang baru saya beli sampai tak bersisa, atau memberantakin mainannya saat saya baru aja membereskannya. Mending diberantakin trus dimainkan. ini, udah diberantakin terus ditinggal pergi. haizz....
Saya juga sulit menebak mengapa anak menangis dan merengek terus. Kadang geregetan juga dan ingin rasanya mencubit anak.

Pada saat saya marah, saya tau perasaan anak saya akan terluka, saat ibunya ini berteriak dengan ekspresi wajah yang menyeramkan, anak pasti akan menjadi ketakutan.  Anak akan merasa cemas dan khawatir kalau-kalau ibunya jadi membencinya.
Sosok ibu yang pemarah sangat buruk dampaknya secara emosional dan edukasional.

Tentunya tidak mudah menahan diri dan bersabar. Dan jika terus dipendam dalam hati, lama-lama bisa meledak juga emaknya. Kalau beban di hati dipelihara, yang ada malah jadi penyakit yak kan..?

Amarah itu harus dilepaskan dan diselesaikan dengan selayaknya. Namun kurang baik juga memperlihatkan sosok kita yang lagi jadi mak lampir ini. Demi ikatan kasih sayang antara kita dan anak, kita harus menahan diri.

Kalo gitu, apakah ada cara untuk marah dengan lebih bijaksana?
Adakah cara untuk melepaskan amarah dengan lebih cerdas?
Ada 8 cara yang dapat kita pertimbangkan yang tujuannya untuk mengendalikan amarah kita. yuk, kita cekidot..

Satu. Saat sedang marah, kaburlah sejenak.

Saat marah, sulit untuk berfikir dengan rasional. Kalau kita tidak bisa menang bertarung melawan kemarahan kita saat itu, nanti pasti akan menyesal. Kalau kita merasa sudah hampir meledak, jangan ragu-ragu untuk kabur sebentar. 

Jika kita mendinginkan kepala kita satu menit saja, kita akan menyadari bahwa pikiran kita akan jauh lebih tenang dari sebelumnya. Dan ketika kembali menghadapi anak setelah kondisi emosi kita terkendali, maka kita akan mampu mengambil keputusan dengan lebih objektif.

Tapi kasus di saya, kalau saya kabur untuk supaya tidak meledak, si anak pada ngikutin saya (tepok jidat), bikin saya makin jengkel aja. Tak ada tempat untuk kabur hiks….

Dua. Tarik nafas dalam-dalam, istighfar, dan berpikirlah dengan perlahan.

Ambil nafas yang dalam, dengan perlahan, istighfarlah mak. Lalu tanamkan pada pikiran kita, “aku adalah seorang ibu / ayah”. Pikirkan juga anak kita. Anak-anak tidak akan melakukan kesalahan dengan sengaja. Mereka hanya belum paham bahwa yang mereka lakukan itu salah.

Berpikirlah bahwa anak tidak akan dengan sengaja mencari masalah dan menantang kita. Tarik nafas dalam-dalam sambil berfikir demikian, insyaAllah akan menjadi lebih tenang.

Kasus di saya, dah marah baru teringat mikir (haizz)

Tiga. Saat kita marah, lihatlah ke dalam cermin.

Saat marah, pernah gak ngaca?  
Jangan-jangan kita sendiri kaget dan ketakutan melihat bayangan wajah sendiri yang nakutin. Bayangin, apa anak bakal ketakutan saat kita menghadapinya dengan wajah ngeri kek gitu?

Dengan melihat bayangan  wajah yang jelek di cermin, sedikit demi sedikit wajah kita bakalan berubah menjadi lebih rileks (atau jangan-jangan pingsan sendiri ? hihihihi)
So, tenangkan diri sejenak sambil melihat cermin.

Empat. Ingat kembali penyesalan kita sesudah kita marah.

Setelah meledakkan amarah kepada anak, kita pasti menyesal dan nyalahin diri sendiri sambil mikir, “kenapa aku tadi seperti itu, seharusnya aku bisa lebih bersabar!”
Ingat kembali hal itu agar kita gak sampai menyesal lagi.

Jadi kalau kita merasa akan marah lagi, ingat aja pas kita menyesal dan menyalahkan diri sendiri setelahnya, pasti kita akan berpikir dua kali sebelum marah lagi.

Lima. Berpikir sepositif mungkin tentang niat / maksud anak kita.

Saat anak melakukan sesuatu, sebisa mungkin berpikirlah dengan positif tentang apa kira-kira tujuan atau alasannya melakukan hal tersebut. Ketika anak merajuk lalu menangis dan melempar barang, berpikirlah “oh rupanya adek ingin memberitahu aku bahwa ia sedang kesal, tapi karena ia belum bisa ngomong dengan jelas, adek gak tau cara mengekspresikan kekesalannya, makanya adek melempar barang”.

Banyak situasi dimana kita tidak memikirkan alasan / maksud baik dibalik tingkah laku anak dengan lebih dalam, tetapi justru kita langsung menunjuk dan menyalahkan “tingkah laku” tersebut. Tentu saja ada tingkah laku anak yang memicu kemarahan kita, tetapi dari sudut pandang anak, mungkin itu baginya adalah permainan yang menarik, atau ia ingin mengekspresikan sesuatu tapi gak tau gimana caranya.

So, berpikirlah sepositif mungkin tentang alasan atau niat atau maksud atau tujuan dibalik tingkah laku anak.

Apakah mudah? No… tapi kita harus tetap berusaha.

Enam. Beritahukan kepada anak bahwa kita sedang marah, dengan cara selembut mungkin.

Namanya marah, pasti sulit menahan diri. Karena itu saat kepala kita sedang mendidih, lebih baik sekalian beritahukan kepada “beliau” itu bahwa emaknya ini sedang gak enak hati. Tetapi, pilih ucapan dan kata-kata yang lembut dan enak didengar.
Misalnya nih; “mama kesal karena kamu lempar-lempar barang. Melempar barang itu bukan perbuatan yang baik. Karena itu sekarang mama lagi kesal.”

Anak mampu menangkap nada suara kita dan mampu membaca suasana hati kita, sehingga ia akan berpikir, “rupanya tingkah lakuku membuat mama kesal”.

Awalnya pasti gak mudah ya mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lembut karena kita harus memberi pengertian kepada anak sambil menahan emosi. Tapi kalau kita berhasil melakukannya sekali dua kali, ini bisa menjadi cara yang efektif untuk meredam amarah. Saat kita memberi penjelasan dan pemahaman kepada anak, kita juga memberi waktu pada diri kita sendiri untuk menjadi lebih tenang dan berpikir secara efektif.

Tujuh. Mencari solusi alternative yang fleksibel.

Biasanya, pas ayah atau ibu sedang marah, banyak keadaan dimana anak justru semakin tidak mau menurut.

Kalau anak dengan mudah menuruti segala kemauan orangtua, tentu saja sangat baik ya..
Tetapi mana mungkin anak-anak seperti itu. Mereka cenderung bertingkah laku spontan daripada mengikuti standar orang tua.

Saat anak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kemauan kita dan ia keras kepala, baik juga untuk mencari solusi alternatif dengan cepat sebelum keadaan menjadi semakin di luar kendali. Semisal kita memiliki lima hal yang kita inginkan sebagai orang tua, akan sulit meminta anak untuk melakukan kelima-limanya dengan sempurna sesuai dengan keinginan kita. Bisa saja anak hanya melakukan tiga hal, bisa saja hanya satu. Ayo cari alternative terbaik lainnya.

Delapan. Jika tidak bisa dihindari, nikmatilah !

Jika kekacauan yang dibuat anak sudah terlanjur terjadi, nikmati saja lah !
Namanya sudah kejadian. Nikmati saja sebisa mungkin, nanti saja memikirkan cara  untuk membereskannya.
Jika anak menumpahkan satu kantong tepung terigu di lantai dapur, sekalian saja ajak anak untuk bermain tepung sepuasnya. Gak usah terlalu khawatir sama baju atau lantai yang kotor itu. Mainlah dan nikmati dulu sepuasnya,

Toh nasi sudah menjadi bubur (bubur ayam pun enaknya).
Pikirkan cara untuk mendisiplinkan anak nanti belakangan saja. Daripada kita memarahinya sekarang dan bikin anak stress dan sedih, lebih baik sekalian saja kita bermain bersamanya dengan gembira. Tentu saja, setelah semua selesai dan dibereskan, kita tetap harus menyediakan waktu untuk memberi pengertian bahwa yang dilakukannya itu tidak benar dan kita tetap harus mendisiplinkan anak kita.




Demikian.


6 komentar:

  1. Saya ngacung deh..
    paling sering kalo udah marah trus nyesel.
    Quote unknown nya keren ..
    parents.. Parenting is not easy.

    Yes

    BalasHapus
    Balasan
    1. maacih... "smile"
      cepat komennya, suka de...

      Hapus
  2. No 1 kaburnya Gak boleh jauh jauh kan mb? 🤣 Ke mol mungkin

    BalasHapus
  3. No.6 & 8 ini masih susah saya lakukan bawaannya emosi aja, tapi gak sampai main tangan, makasi infonya ya mba bermanfaat sekali buat saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika bermanfaat..

      Keep fighting mom..

      Hapus