![]() |
Sumber photo: pngtree website |
Siang itu, Aline bersiap-siap untuk menjemput Nof dan Ano dari sekolah.
Setelah memakai kostum 'penjemputan anak sekolah'; pakai jaket, sarung tangan, masker, kaos kaki, sepatu dan masker, Aline menuju garasi untuk mengeluarkan sepeda motornya.
Jangan heran sama kostum 'menjemput anak sekolah' ala Aline. Semua kulit Aline harus tertutup. Karena panas matahari di tempat Aline tinggal sekarang sangat puolll sekali. Panas membakar.
Awal-awal Aline berkendara dengan sepeda motor di kota ini, Aline berkostum normal. Tapi apa, Kulit Aline terbakar matahari. Merah-merah, bentol-bentol kayak orang sakit kerumut. Gatalnya minta ampun. Kalau digaruk malah sakit.
Awalnya Aline kira Aline terkena alergi. Tapi alergi apa? Sepanjang ingatan Aline, sejak kecil Aline gak pernah alergi apa pun.
Eh ada denk, Aline pantang makan seafood. Pantang sedikit, kalau cuma sedikit Aline bisa merajuk 😁😁😁
Aline sudah coba minum obat, tanya obatnya ke ibu-ibu penjaga apotek. Tetapi obatnya tak ampuh sama sekali.
Sudah banyak apotek yang Aline sambangi untuk bertanya tentang obat kerumutan Aline ini. Tapi bentolnya masih betah nongkrong di tangan dan kaki Aline.
Akhirnya Aline mengadakan sayembara, eh... Bukan!
Akhirnya Aline mendatangi toko obat terakhir yang ada di data per-apotek-an di kota Aline. Toko obat China.
Dengan semangat yang masih membara, Aline menghampiri penjaga toko. Lalu Aline menunjukkan perbentolan yang ada di tangannya sembari bertanya;
"Bu, ibu tau kah obat untuk bentol kayak gini?"
Dengan wajah dingin tanpa kata, si ibu penjaga apotek mengambil suatu bungkusan dari rak di belakang beliau berdiri.
"Ini! satu bungkus harganya tiga ribu lima ratus".
Ibu penjaga toko obat memberikan Aline sebungkus obat yang berisi sekitar lima macam obat dengan berbagai macam warna; merah, pink, biru, pokoknya cantek lah obatnya.
"Sehari obatnya dimakan tiga kali", lanjut si ibu penjaga toko obat.
Aline pun beli sepuluh bungkus, untuk tiga hari.
Alhamdulillah, ternyata obatnya ampuh. Perlahan bentol-bentol di tangan dan kaki Aline disappear 🤭, dan gatal-gatalnya pun sembuh.
Tapi, supaya bentol-bentol itu gak balik lagi, Aline pun menciptakan kostum yang diberi nama kostum "penjemputan anak sekolah".
Agak mirip kostum ninja, cuma kostum ciptaan Aline ini warna-warni. baju Aline warna apa, sarung tangan ungu putih biru, masker hijau pink, jilbab warna ganti-ganti setiap hari.
💕
Mari kembali ke cerita Aline yang mau jemput Nof dan Ano naik sepeda motor ya.
Ketika Aline sudah menghidupkan sepeda motornya dan bersiap-siap untuk pergi, tak sengaja mata Aline melihat lampu di dashboard sepeda motornya yang menunjukkan bensin sepeda motor yang mau Aline kendarai ini, sekarat.
Aline takut, kalau mampir ke pom bensin dulu buat isi bensin, sepeda motornya gak akan kuat. Mogok di tengah jalan eh di pinggir jalan.
Ibu mertua Aline bilang, "isi aja dulu Line, sama bensin eceran, si Teti jual bensin eceran". Teti ini adalah nama tetangga Aline.
Aline pun setuju. Ibu mertua bilang beliau akan pergi ke rumah Teti yang letaknya di belakang rumah tetangga yang lain. Aline gak tau di mana rumahnya.
Kata Aline, "belinya dua liter saja ya bu", sembari kasi uang lima puluh ribu ke ibu mertua.
Aline kemudian memutuskan untuk menunggu ibu mertua dan bensinnya di dalam rumah saja. Di luar super panas.
![]() |
Sumber photo: pngtree website |
Tak lama ibu mertua dan Teti si penjual bensin datang dengan membawa tiga botol bensin.
Aline mengernyitkan kening. 'Kok tiga liter? Kan aku bilang dua liter aja', pikir Aline.
Aline terus memantau ibu mertua dan Teti yang sedang mengisi bensin di halaman rumah. Dari luar memang tidak terlihat ke dalam rumah, sebab kaca di rumah ibu mertua memang begitu stylenya.
Teti bertanya lagi ke ibu mertua, beneran mau tiga liter isi bensinnya? Dua liter aja sudah cukup lho.
Ibu mertua bilang, iya isi tiga liter.
Aline yang sedang memantau dari jendela pun inhale exhale. Kan tadi Aline udah bilang dua liter aja isi bensinnya.
Teti pun mengisi botol ketiga ke dalam motor yang mau dikendarai Aline.
Dan benar saja, baru mulai isi sebentar, bensinnya pun luber, banyak keluar alias tumpah-tumpah.
Ibu mertua Aline pun panik. Teti pun menghentikan pengisian bensinnya.
Aline pun galau campur sebel.
Entah apalagi yang dikatakan ibu mertua le Teti.
Aline melihat ibu mertua membayar seharga tiga liter bensin ke Teti. Teti menolak, karena sebenarnya dua liter bensin saja sudah cukup walaupun yang ketiga tumpah banyak.
Ibu mertua keukeuh bayar tiga liter yang akhirnya diterima Teti sambil mengucapkan terimakasih.
Syukurnya ibu mertua masih mau membayar tiga. Jadi Teti tidak dirugikan.
Cuma yang Aline sayangkan, kenapa ibu mertua tidak mengikuti perkataan Aline, belinya dua liter saja. Aline jadi ngedumel dalam hati.
Setelah Teti pergi, ibu mertua masuk le rumah dan memanggil Aline. Aline pura-pura ada di dapur dan pura-pura tidak tahu tentang kejadian tragedi bensin tumpah tadi. Maksud hati supaya ibu mertua tidak malu.
Ibu mertua menyerahkan uang kembalian bensin kepada Aline dan bilang ke Aline kalau beliau mengisi tiga liter bensin. Dan ibu mertua sama sekali tidak menceritakan soal tragedi bensin tadi ke Aline.
Hingga kini ibu mertua tidak tahu kalau Aline tahu soal tragedi bensin yang tumpah.
Salah gak ya Aline?
Aline tidak merasa menyuruh ibu mertua beli bensin. Ibu mertua menawarkan diri untuk pergi beli bensin ke tempat Teti. Aline tidak tau siapa Teti awalnya. Apalagi rumah Teti, sumpah Aline gak tau. Aline gak pernah main ke belakang-belakang rumah tetangga.
Tapi walaupun kesal, Aline merasa bersalah. 😩😩😩
![]() |
Sumber photo: otosia.com |
Sebenarnya, sikap mertua itu sepele tapi kalau sering, agak menyakitkan loh. Entah hati saya terlalu sensitif atau gimana ya. Perkara sekali dua kali sih gapapa. Tapi saya baca kisah Aline ini kok seperti mertuanya memang sama sekali tidak ada itikad baik menghargai menantunya.
BalasHapusMembeli bensin buat menantu sih udah hal positif ya, itu aja udah wajib disyukuri. Tapi kalau sering banget ga mengindahkan perkataan menantunya, kok rasanya mengganggu sekali.
Sama halnya mertua yang selalu tidak menawari makan, meskipun bukan tidak boleh makan, tapi kalau setiap kali begitu, lama lama sakit hati juga kan.