Assalammualaikum wr wb
Beberapa waktu lalu, aku duduk di ruang tamu sambil melipat baju. Di kamar, anak remajaku—sebut saja Abang L—terdengar ribut. “Woy, cover aku dong! Awas, mati nih!” katanya sambil tertawa-tawa. Aku geleng-geleng kepala. Itu udah setengah jam lewat dari waktu shalat. Dan dia masih betah di game online-nya.
Sebagai ibu, ada dua suara dalam kepalaku.
Yang satu bilang: “Larang aja! Game bikin anak malas, bikin lupa waktu, bikin lupa sholat!”
Yang lain bilang: “Nanti malah jadi konflik. Dia butuh hiburan juga, ya kan?”
Jadi, sebenarnya, kalau anak kita suka game, haruskah kita larang?
![]() |
Sumber foto: website janethes |
Game Itu Bagian dari Dunia Mereka
Zaman kita dulu mungkin mainnya petak umpet, gobak sodor, atau main masak-masakan di halaman. Sekarang? Game online. Dan buat anak laki-laki, itu bukan cuma hiburan, tapi kadang juga tempat mereka merasa jago, punya teman, bahkan belajar strategi.
Aku pernah diam-diam duduk di sebelah Abang L saat dia main. Ternyata, dia sedang main bareng temannya yang tinggal beda kota. Mereka ngobrol, ketawa, dan bahkan kerja sama menyelesaikan misi. Ada sisi sosial yang aku enggak lihat sebelumnya.
---
Tapi... Game Bisa Menjadi Masalah Kalau…
Bukan berarti kita harus lepas tangan. Game bisa jadi masalah kalau:
π₯ Anak sampai lupa tanggung jawab (enggak mau bantu, belajar, atau shalat)
π₯ Tidur larut malam karena main terus
π₯ Sikapnya jadi kasar atau emosional
π₯ Tidak bisa berhenti walau diminta
Nah, ini saatnya kita hadir sebagai ibu, bukan dengan marah-marah, tapi dengan aturan yang jelas dan kasih sayang.
Susah sih... menurutku π©
---
Solusinya: Bukan Dilarang, Tapi Diatur
Aku dan Abang L akhirnya bikin kesepakatan. Kami duduk bareng, dan aku bilang:
“Mama tahu kamu suka main game. Tapi kamu juga punya tanggung jawab. Kita bisa atur bareng supaya kamu bisa main, tapi tetap aman buat kamu.”
Kami sepakat:
π» Game hanya setelah shalat dan tugas selesai
π» Boleh main maksimal 1 jam di hari sekolah, 2 jam di akhir pekan
π»Enggak boleh main setelah jam 9 malam
π» Harus terbuka sama mama tentang game yang dimainkan
Dan... Alhamdulillah, sejak kami ngobrol terbuka, Abang L lebih mudah diatur. Kadang masih ngelanggar sih, namanya juga anak remaja. Tapi sekarang aku tahu: melarang sepenuhnya justru bikin jarak.
---
Kalau Kita Melarang Total?
Larangan tanpa penjelasan bisa jadi bumerang. Anak akan:
❤ Mencari cara diam-diam
❤ Merasa tidak dipercaya
❤ Menutup diri
❤ Bahkan bisa lebih sulit diajak bicara
Sebaliknya, saat kita duduk bersama, mendengarkan, dan memberi ruang, anak akan merasa:
❤ Dihargai
❤ Dianggap dewasa
❤ Lebih terbuka untuk diskusi
---
Game Bisa Jadi Jembatan, Bukan Jurang
Aku mulai bertanya pada Abang L soal game-nya. “Kamu main apa hari ini? Siapa yang menang?” Kadang aku enggak paham istilahnya, tapi aku dengerin. Dan dia cerita. Banyak. Dari situ, aku belajar: game bisa jadi cara aku masuk ke dunianya.
---
Jadi, Haruskah Kita Larang?
Jawabannya mungkin bukan “larang”, tapi “dampingi dan atur.”
Game bukan musuh. Tapi kalau tidak diawasi, bisa merusak. Sama seperti TV, HP, bahkan teman.
Sebagai ibu, tugas kita bukan jadi polisi. Tapi jadi teman diskusi dan penjaga pagar, supaya anak kita bisa tumbuh dengan sehat—tanpa kehilangan dunianya, dan tanpa kehilangan kita juga.
---
Kalau kamu punya cerita tentang anakmu yang juga doyan game, yuk sharing di kolom komentar. Siapa tahu kita bisa saling belajar π¬π
---
Hampir sama sih, Kak...ada aturan waktu main game online, dampingi (kalau sudah gede, cek sesekali), ingatkan jika terucap makian, umpatan..tetap pantau...dll. Tarik ulur saja, kalau enggak boleh sama sekali bakal ketinggalan zaman juga mereka.
BalasHapusKalau sekarang karena anakku yang sulung kuliah di Prancis yang bungsu masih di rumah di Jakarta, jadi berdua play date nya main game online. Janjian di akhir pekan , main game sambil ngobrol itu ini serasa dekat saja. Sampai kadang mbrebes mili aku mensyukuri kedekatan mereka sebagai adik kakak
Iya ya kak dian. Pas mabar eh kok adem sekali. Kompak. Kalo lagi main offline kadang perang mulut. Itu berlaku juga sama 2 anak gadis di rumah.
HapusSetuju mbak, memang anak sekarang lebih baik diawasi dengan kesepakatan bersama, terutama tuk anak remaja ya. Selain itu dunianya juga beda dgn dunia zaman emaknya kecil dulu, jadi gak bisa dilarang secara frontal. Anakku yg satu gak suka game, dia liat hp lebih ke tontonan -youtube. Ini juga tadinya jadi masalah, tapi dengan kesepakatan nonton 2 jam aja setelah kewajibannya selesai, ini bisa jadi salah satu solusi, tentu dengan pengawasan juga.
BalasHapusWaktu belum masuk pondok anak saya main ponsel melulu kesehariannya. Tapi sekarang stop sama sekali karena ga bisa bawa gadget elektronik ke pondoknya.
BalasHapusMungkin kala pulang libur bakalan pegang ponsel lagi dia...
Saya juga punya pengalaman sama, mbak. Karena anak udah masuk kelas 1 Mts. Game ini meski sudah dibatasi, selain efek positif seperti mbak sebutkan di atas, juga efek jadi emosional ke adiknya yang ikut nimbrung, agak naik nada bicaranya, soalnya sakin asyiknya dan merasa keganggu.
BalasHapusLah jangankan Abang lintang. Anak gadis 2 di rumah juga sering mabar sama sepupunya beda kota.
BalasHapusHuhuhu kadang kalo gak kondusif awak kunci hp yang mereka pake kak. Pake aplikasi family link.
main boleh asal tau porsinya, misal hanya 1 jam dan diimbangi juga dengan kegiatan belajar :D
BalasHapus