Parenting Blogger Medan: Kalau Anak Remaja Laki-laki ku Mulai Jarang Bercerita, Ini yang Aku Lakukan

 Parenting anak remaja laki-laki:

Sumber gambar: Pinterest


---

Assalammualaikum Wr Wb


Hari-hari kami dulu penuh tawa dan cerita. EL, anak sulungku, sering bercerita tentang teman-temannya, guru yang lucu, atau apa yang terjadi di sekolah. Tapi belakangan ini, kok rasanya dia jadi lebih pendiam? Aku yang biasanya mendengar celoteh tentang apa yang terjadi di kelas, kini hanya mendapat jawaban singkat: "Enggak ada apa-apa, Ma."

Kadang aku ngerasa ada yang hilang. Anak cowok yang dulunya selalu ceria, tiba-tiba jadi lebih tertutup. Sebagai ibu, hal itu bikin aku bertanya-tanya, apakah ada yang salah? Apa aku terlalu keras? Apa ada masalah yang dia enggak mau cerita?


---

Kenapa Anak Cowok Mulai Jarang Cerita?

Sebelum merasa panik, aku mencoba memahami bahwa perubahan ini bukan berarti anak kita jadi bermasalah. Di usia remaja, banyak perubahan yang mereka alami. Ciri-ciri perubahan ini termasuk:


1. Mencari Jati Diri.

Pada usia remaja, mereka mulai mencari identitas diri. Mereka nggak lagi menganggap orang tua sebagai sumber segala informasi. Mereka mulai lebih suka dengan teman-temannya untuk berbagi cerita.


2. Lebih Private.

Anak cowok, khususnya yang sudah beranjak remaja, mulai merasa bahwa beberapa hal lebih baik dibicarakan dengan teman sebaya daripada dengan orang tua. Ini bagian dari proses perkembangan mereka untuk belajar mandiri.


3. Perubahan Emosi.

Pubertas membuat mereka sering mengalami emosi yang berubah-ubah. Terkadang, mereka merasa canggung atau bingung bagaimana harus menyampaikan perasaan mereka kepada orang tua.


4. Perasaan Takut Dikritik.

Terkadang, anak cowok lebih memilih diam karena takut mendapatkan kritik atau merasa kita terlalu mengintervensi kehidupannya.


---

Apa yang Aku Lakukan?

Sebagai emaknya, aku sempat merasa terasingkan karena anak yang dulu selalu bercerita tentang segala hal, kini mulai lebih jarang berbicara. Tapi, daripada memaksanya untuk berbicara, aku memutuskan untuk mencoba pendekatan yang lebih lembut dan penuh pengertian. Ini beberapa langkah yang aku lakukan:

---

1. Menjadi Pendengar yang Aktif

Aku mulai berusaha lebih mendengarkan, bukan langsung memberi saran atau kritik. Seringkali, anak-anak hanya butuh teman untuk mendengarkan cerita mereka, tanpa perlu ditanggapi dengan solusi yang terlalu cepat.


Misalnya, saat kami sedang makan malam bersama, aku tidak langsung menanyakan, "Kenapa kamu pendiam banget?" Tapi aku lebih memilih untuk memulai percakapan ringan, seperti, "Ada yang seru di sekolah hari ini?" dan menunggu responnya tanpa terburu-buru.

--

2. Memberikan Ruang Tanpa Tekanan


Aku belajar untuk memberi ruang, bukan untuk mendorongnya bercerita jika dia belum siap. Kalau aku terus-menerus menanyakan “Kenapa kamu enggak cerita?”, justru bisa membuatnya merasa tertekan. Sebaliknya, aku memberikan waktu dan ruang untuk dia merasa nyaman bercerita sendiri.

---

3. Menunjukkan Minat pada Dunia Mereka


Salah satu cara aku mendekatkan diri adalah dengan menunjukkan minat pada hal-hal yang mereka sukai, seperti hobi atau game yang mereka mainkan. Misalnya, aku mulai bertanya tentang permainan yang dia mainkan di HP atau game konsol, meskipun aku tidak paham betul.

Dengan begitu, aku bisa masuk ke dunia mereka tanpa harus merasa mengintervensi. Kalau sudah bicara soal hal yang dia suka, sering kali dia jadi lebih terbuka.


---

4. Menciptakan Waktu Berkualitas Bersama

Kadang-kadang, aku mengajak El untuk menghabiskan waktu bersama tanpa gangguan. Misalnya, jalan-jalan sore atau makan di luar, hanya berdua. Saat berada di luar rumah, tanpa banyak gangguan seperti pekerjaan atau tugas rumah, dia cenderung lebih santai dan bisa bercerita lebih leluasa.


---

5. Memberi Pengertian Tanpa Menghakimi


Jika akhirnya Fikri menceritakan sesuatu yang sulit atau sesuatu yang mungkin tidak aku setujui, aku mencoba untuk tidak langsung menghakimi. Aku lebih memilih untuk memahami dan memberi pengertian secara halus, dengan memberi feedback yang lebih terbuka dan mendukung. Misalnya, “Mama ngerti, itu pilihan kamu. Tapi kalau kamu merasa ada masalah, jangan ragu bilang ke mama, insyaAllah mama bantu.”


---


6. Menunjukkan Kasih Sayang Tanpa Mengungkapkan Kelemahan


Aku selalu berusaha menunjukkan kasih sayang tanpa perlu menuntut balasan atau memaksa dia untuk terbuka. Pelukan, kata-kata positif, dan perhatian sehari-hari adalah cara aku untuk tetap menjaga hubungan kami tetap erat meskipun dia mulai lebih jarang bercerita.

Tapi.... El udah jarang mau dipeluk sekarang hiks... 


---


7. Jangan Takut Bicara Tentang Perubahan Ini


Kadang-kadang, aku juga perlu berbicara jujur dengan El tentang perubahan yang aku rasakan. Aku bilang, “Mama merasa kamu semakin jarang cerita, dan itu bikin mama khawatir. Tapi mama tahu kamu sedang banyak hal baru. Kalau suatu saat kamu butuh ngobrol, mama selalu ada.”


Ini membuka ruang bagi dia untuk mengungkapkan apapun yang mungkin mengganjal, tanpa merasa ada tekanan.


---



📝 Penutup: Proses yang Perlu Waktu


Aku sadar bahwa hubungan ibu dan anak remaja itu tidak selalu mudah, terutama saat mereka mulai merasa lebih mandiri dan jarang berbicara. Namun, aku percaya bahwa dengan memberikan ruang, mendengarkan, dan tetap terbuka, komunikasi itu akan datang dengan sendirinya, walaupun sedikit demi sedikit.


Jadi, kalau anakmu mulai jarang bercerita, ingatlah: itu bukan berarti dia menjauh. Ini adalah fase perkembangan mereka, dan tugas kita sebagai orang tua adalah terus hadir, tanpa harus selalu mendikte, tapi dengan penuh kasih sayang dan pengertian.


Dan, semua yang aku tulis di atas, prakteknya susah beut....  So, banyakin berdoa dan sabar ya buibu...

---


> #ParentingRemaja #AnakCowok #KeseharianIbuAnakCowok #KomunikasiTanpaBatas #IbuDanAnakRemaja





---


3 komentar:

  1. Indeed kak. Jangankan remaja cowok, sekarang anak cewek di rumah kalo gak karena tugas sekolah gak cerita apapun.
    Udah lebih sering cerita sama kakaknya aja.

    Tapi ya dulu pas remaja awak kan gitu. Bestie nya sama kakak.
    Kadang ya bawa mereka berdua untuk melipir makan biar deeptalk.

    BalasHapus
  2. Dulu pernah merasa bersalah kenapa anakku makin menjauh ya..banyak diamnya enggak mau lagi bercerita...Nah, temanku yang anaknya perempuan kok enggak, di usia yang sama masih nyerocos anaknya segala rupa dibilang ke emaknya. Karena kedua anakku laki-laki, akhirnya aku nemuin hal yang sama, enggak tahu kalau anak perempuan gimana.
    Lebih kurangnya sih sama dengan yang Kak Vivi lakukan agar komunikasi tetap lancar

    BalasHapus
  3. Saya sedang di fase ini. Anak semata wayang mondok kala nelepon mana ada nanya kabar atau cerita seperti saat masih sd dulu. Paling nelepon buat minta dikirim keperluan. Hehe...
    Betul ya kita harus tetap jadi pendengar terbaik untuk anak
    Apalagi anak kaki pasi beda dengan anak perempuan menghadapinya

    BalasHapus