Seorang ibu juga manusia biasa, yang pasti terkadang bisa
marah juga (bukan bisa lagi mak, keahlian saya itu mah.. *inhale… exhale…”).
Tapi apa ada orang yang tidak pernah marah?
Yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan amarah kita. Sekali
kita berhasil mengendalikan amarah kita, sekali kita berhasil mengalahkan
amarah kita, segalanya akan mejadi lebih mudah.
Setelah menjadi ibu, kita bukan hanya bersabar pada satu dua
hal saja. Banyaknya informasi dan kanan kiri; terhadap anak harus begini, harus
begitu, semua betul-betul rumit. Tapi pada prakteknya, apa semua bisa dilakukan
dengan sempurna?
Wah di saya tidak tuh..
Berbeda dengan teori-teori pengasuhan anak, mungkin di dunia
ini tidak akan ada satupun ibu yang mampu memberikan segalanya dan
memperlakukan anak dengan sempurna.
Seorang ibu juga manusia biasa. Meskipun bertaruh nyawa pada
saat melahirkan anak, tetap saja saya akan jengkel pada saat anak menumpahkan
sebotol parfum saya yang baru saya beli sampai tak bersisa, atau memberantakin
mainannya saat saya baru aja membereskannya. Mending diberantakin trus dimainkan. ini, udah diberantakin terus ditinggal pergi. haizz....
Saya juga sulit menebak mengapa anak menangis dan merengek
terus. Kadang geregetan juga dan
ingin rasanya mencubit anak.
Pada saat saya marah, saya tau perasaan anak saya akan
terluka, saat ibunya ini berteriak dengan ekspresi wajah yang menyeramkan, anak
pasti akan menjadi ketakutan. Anak akan
merasa cemas dan khawatir kalau-kalau ibunya jadi membencinya.
Sosok ibu yang pemarah sangat buruk dampaknya secara emosional
dan edukasional.
Tentunya tidak mudah menahan diri dan bersabar. Dan jika terus
dipendam dalam hati, lama-lama bisa meledak juga emaknya. Kalau beban di
hati dipelihara, yang ada malah jadi penyakit yak kan..?
Amarah itu harus dilepaskan dan diselesaikan dengan
selayaknya. Namun kurang baik juga memperlihatkan sosok kita yang lagi jadi mak
lampir ini. Demi ikatan kasih sayang antara kita dan anak, kita harus menahan
diri.
Kalo gitu, apakah
ada cara untuk marah dengan lebih bijaksana?
Adakah cara untuk melepaskan amarah dengan lebih cerdas?
Ada 8 cara yang dapat kita pertimbangkan yang tujuannya untuk mengendalikan
amarah kita. yuk, kita cekidot..
Satu. Saat sedang
marah, kaburlah sejenak.
Saat marah, sulit untuk berfikir dengan rasional. Kalau kita
tidak bisa menang bertarung melawan kemarahan kita saat itu, nanti pasti akan
menyesal. Kalau kita merasa sudah hampir meledak, jangan ragu-ragu untuk kabur
sebentar.
Jika kita mendinginkan kepala kita satu menit saja, kita akan
menyadari bahwa pikiran kita akan jauh lebih tenang dari sebelumnya. Dan ketika
kembali menghadapi anak setelah kondisi emosi kita terkendali, maka kita akan
mampu mengambil keputusan dengan lebih objektif.
Tapi kasus di saya, kalau saya kabur untuk supaya tidak
meledak, si anak pada ngikutin saya (tepok jidat), bikin saya makin jengkel
aja. Tak ada tempat untuk kabur hiks….
Dua. Tarik nafas
dalam-dalam, istighfar, dan berpikirlah dengan perlahan.
Ambil nafas yang dalam, dengan perlahan, istighfarlah mak. Lalu tanamkan pada
pikiran kita, “aku adalah seorang ibu / ayah”. Pikirkan juga anak kita. Anak-anak
tidak akan melakukan kesalahan dengan sengaja. Mereka hanya belum paham bahwa
yang mereka lakukan itu salah.
Berpikirlah bahwa anak tidak akan dengan sengaja mencari
masalah dan menantang kita. Tarik nafas dalam-dalam sambil berfikir demikian,
insyaAllah akan menjadi lebih tenang.
Kasus di saya, dah marah baru teringat mikir (haizz)
Tiga. Saat kita
marah, lihatlah ke dalam cermin.
Saat marah, pernah gak
ngaca?
Jangan-jangan kita sendiri kaget dan ketakutan melihat
bayangan wajah sendiri yang nakutin. Bayangin, apa anak bakal ketakutan saat kita menghadapinya dengan wajah ngeri kek gitu?
Dengan melihat bayangan wajah yang jelek di cermin, sedikit demi
sedikit wajah kita bakalan berubah menjadi lebih rileks (atau jangan-jangan
pingsan sendiri ? hihihihi)
So, tenangkan diri sejenak sambil melihat cermin.
Empat. Ingat kembali
penyesalan kita sesudah kita marah.
Setelah meledakkan amarah kepada anak, kita pasti menyesal dan
nyalahin diri sendiri sambil mikir, “kenapa aku tadi seperti itu, seharusnya
aku bisa lebih bersabar!”
Ingat kembali hal itu agar kita gak sampai menyesal lagi.
Jadi kalau kita merasa akan marah lagi, ingat aja pas kita
menyesal dan menyalahkan diri sendiri setelahnya, pasti kita akan berpikir dua
kali sebelum marah lagi.
Lima. Berpikir sepositif
mungkin tentang niat / maksud anak kita.
Saat anak melakukan sesuatu, sebisa mungkin berpikirlah dengan
positif tentang apa kira-kira tujuan atau alasannya melakukan hal tersebut. Ketika
anak merajuk lalu menangis dan melempar barang, berpikirlah “oh rupanya adek
ingin memberitahu aku bahwa ia sedang kesal, tapi karena ia belum bisa ngomong
dengan jelas, adek gak tau cara mengekspresikan kekesalannya, makanya adek melempar
barang”.
Banyak situasi dimana kita tidak memikirkan alasan / maksud
baik dibalik tingkah laku anak dengan lebih dalam, tetapi justru kita langsung
menunjuk dan menyalahkan “tingkah laku” tersebut. Tentu saja ada tingkah laku
anak yang memicu kemarahan kita, tetapi dari sudut pandang anak, mungkin itu
baginya adalah permainan yang menarik, atau ia ingin mengekspresikan sesuatu
tapi gak tau gimana caranya.
So, berpikirlah sepositif mungkin tentang alasan atau niat
atau maksud atau tujuan dibalik tingkah laku anak.
Apakah mudah? No… tapi kita harus tetap berusaha.
Enam. Beritahukan
kepada anak bahwa kita sedang marah, dengan cara selembut mungkin.
Namanya marah, pasti sulit menahan diri. Karena itu saat
kepala kita sedang mendidih, lebih baik sekalian beritahukan kepada “beliau”
itu bahwa emaknya ini sedang gak enak hati. Tetapi, pilih ucapan dan kata-kata
yang lembut dan enak didengar.
Misalnya nih; “mama kesal karena kamu lempar-lempar barang. Melempar
barang itu bukan perbuatan yang baik. Karena itu sekarang mama lagi kesal.”
Anak mampu menangkap nada suara kita dan mampu membaca suasana
hati kita, sehingga ia akan berpikir, “rupanya tingkah lakuku membuat mama
kesal”.
Awalnya pasti gak mudah ya mengekspresikan kemarahan dengan
cara yang lembut karena kita harus memberi pengertian kepada anak sambil
menahan emosi. Tapi kalau kita berhasil melakukannya sekali dua kali, ini bisa
menjadi cara yang efektif untuk meredam amarah. Saat kita memberi penjelasan
dan pemahaman kepada anak, kita juga memberi waktu pada diri kita sendiri untuk
menjadi lebih tenang dan berpikir secara efektif.
Tujuh. Mencari solusi
alternative yang fleksibel.
Biasanya, pas ayah atau ibu sedang marah, banyak keadaan
dimana anak justru semakin tidak mau menurut.
Kalau anak dengan mudah menuruti segala kemauan orangtua,
tentu saja sangat baik ya..
Tetapi mana mungkin anak-anak seperti itu. Mereka cenderung bertingkah
laku spontan daripada mengikuti standar orang tua.
Saat anak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kemauan
kita dan ia keras kepala, baik juga untuk mencari solusi alternatif dengan
cepat sebelum keadaan menjadi semakin di luar kendali. Semisal kita memiliki
lima hal yang kita inginkan sebagai orang tua, akan sulit meminta anak untuk
melakukan kelima-limanya dengan sempurna sesuai dengan keinginan kita. Bisa saja
anak hanya melakukan tiga hal, bisa saja hanya satu. Ayo cari alternative terbaik
lainnya.
Delapan. Jika tidak
bisa dihindari, nikmatilah !
Jika kekacauan yang dibuat anak sudah terlanjur terjadi,
nikmati saja lah !
Namanya sudah kejadian. Nikmati saja sebisa mungkin, nanti
saja memikirkan cara untuk
membereskannya.
Jika anak menumpahkan satu kantong tepung terigu di lantai
dapur, sekalian saja ajak anak untuk bermain tepung sepuasnya. Gak usah terlalu
khawatir sama baju atau lantai yang kotor itu. Mainlah dan nikmati dulu
sepuasnya,
Toh nasi sudah menjadi bubur (bubur ayam pun enaknya).
Pikirkan cara untuk mendisiplinkan anak nanti belakangan saja.
Daripada kita memarahinya sekarang dan bikin anak stress dan sedih, lebih baik
sekalian saja kita bermain bersamanya dengan gembira. Tentu saja, setelah semua
selesai dan dibereskan, kita tetap harus menyediakan waktu untuk memberi
pengertian bahwa yang dilakukannya itu tidak benar dan kita tetap harus mendisiplinkan anak kita.
Demikian.
Sumber; Ulasan Chai's Play App
Saya ngacung deh..
BalasHapuspaling sering kalo udah marah trus nyesel.
Quote unknown nya keren ..
parents.. Parenting is not easy.
Yes
maacih... "smile"
Hapuscepat komennya, suka de...
No 1 kaburnya Gak boleh jauh jauh kan mb? 🤣 Ke mol mungkin
BalasHapusKe sun mak, cari pangsit hihi
HapusNo.6 & 8 ini masih susah saya lakukan bawaannya emosi aja, tapi gak sampai main tangan, makasi infonya ya mba bermanfaat sekali buat saya :)
BalasHapusAlhamdulillah jika bermanfaat..
HapusKeep fighting mom..
Hi kak,
BalasHapusPerkenalkan saya merlyn dari situs HL8 ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk program affiliasi dimana anda bisa mendapatkan keuntungan komisi 40% flat dari kami setiap bulannya, Apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate[a]hl8asia .com atau fb saya.
Terima kasih atas perhatiannya
merlyn