Picture by Pixabay |
Ketika Aline baru beberapa hari pindah ke rumah ibu mertua, Aline melihat ada ibu penjual sarapan pagi yang lewat di depan rumah Aline. Ibu tersebut meneriakkan dagangannya dengan menggendong bakul. Karena Aline kurang jelas mendengar apa yang diteriakkan ibu penjual tersebut, Aline yang pada waktu itu sedang menjemur pakaian di halaman, bertanya kepada ibu mertuanya yang sedang melihat-lihat kebun kecilnya tak jauh dari tempat Aline menjemur.
"Apa yang dijual ibu itu bu?" tanya Aline. Ibu mertua menjawab bahwa ibu penjual tersebut menjual lontong lodeh. Aline langsung semangat ingin membeli, karena Aline suka kuliner perlontongan. Tapi ibu mertua Aline menyambung perkataannya, "Gak usah dibeli! Gak enak!".
Aline agak kecewa sih, karena dilarang membeli. Aline kan ingin mencoba dulu. Apalagi tetangga yang persis bersebelahan dengan Aline sedang membeli lontong lodeh tersebut. Dengan berat hati, Aline pun mengurungkan niatnya untuk membeli lontong lodeh. Aline merasa tidak enak sama ibu mertua kalau tetap membelinya.
Setiap pagi Aline mendengar ibu penjual lontong lodeh menjajakan dagangannya. Dan hampir setiap hari pula tetangga sebelah Aline membelinya. Tapi Aline tetap sungkan sama ibu mertua untuk ikut beli lontong lodeh.
Selang beberapa minggu kemudian, keluarga ipar Aline, keluarga Altaf, mengajak ibu mertua dan juga keluarga Aline dan Amir untuk makan di luar. Altaf ingin mengajak keluarga abangnya dan juga ibunya mencoba warung makan yang baru dibuka. Warung makan yang khusus menjual kuliner yang bernama pindang tetel.
Pindang tetel adalah salah satu menu makanan khas kota tempat tinggal Aline sekarang. Berupa masakan berbahan dasar kikil sapi, berkuah, dimakan bersama dengan lontong. Tempat makannya sendiri terbuka, berupa pondok dari bambu.
Menurut Aline, pindang tetelnya enak. Walaupun Aline pernah makan pindang tetel yang lebih enak dari yang Aline makan kali ini. Tapi lumayanlah rasanya. Aline suka.
Iseng Amir bertanya pada ibu mertua, enak tidak pindang tetelnya. Ibu mertua menjawab 'tak enak'.
Aline langsung teringat lontong lodeh.
Beberapa minggu kemudian, Aline mengajak Amir dan anak-anak pergi ke lapangan untuk berolahraga. Sudah lama Aline tidak berolahraga, jadi Aline pengen jogging di sore hari itu. Karena Altaf sekeluarga sedang berkunjung ke rumah ibu mertua, sekalian saja Altaf sekeluarga diajak, tak ketinggalan ibu mertua pun diajak serta.
Keluarga Aline dan Amir beserta ibu mertua dan anak-anak menggunakan mobil lain, mobil berbeda dengan mobil Altaf. Dalam perjalanan menuju ke lapangan olahraga, mobil Aline melewati restoran yang khusus menjual Soto Boyolali.
Anak bungsu Alien yang bernama Ano yang baru bisa membaca, membaca keras-keras setiap papan nama toko atau poster di sepanjang jalan menuju lapangan. Tak luput membaca nama restoran soto tersebut. SO .... TO..... BO.... YO... LA.... LI.....
Ibu mertua pun nyeletuk. "Pinter ya Ano sekarang membaca. Soto Boyolali itu ndak enak Line." katanya di akhir kalimat ke Aline.
Aline reflek menjawab perkataan ibu mertua, "Enak lho bu! Saya sudah pernah diajak makan di situ". Ano pun menimpali, "iya mbah, enak. Ano juga suka".
Aline pun tiba-tiba teringat lontong lodeh lagi.
Pindang tetel dan soto Boyolali yang Aline rasa enak, tapi ibu mertua bilang tidak enak. Aline jadi tambah penasaran sama lontong lodeh. Karena dua kejadian sebelumnya, Aline jadi berfikir belum tentu kan lontong lodeh tidak enak.
Tapi hingga sekarang Aline belum mencoba lontong lodeh tersebut. Masih sungkan sama ibu mertua.
Cerita Aline Lainnya:
Hahaha.. sebaiknya dicoba aja deh dulu. Sebelum menyerahkan selera lidah ke ibu mertua Aline.
BalasHapusCukup lucu juga ya seleranya. Kok jadi mikir yang lain ya tentang selera ibu mertua ini..
Aaaah jadi teringat ibu mertua (almarhum) kak. Beliau ya g mengenalkan pertama kali kuliner ayam Anyang khas Mandailing. Enakkkk banget. Dan selalu ada di setiap hari istimewa mereka. Iiis kalo makan ini sampe rela awak kekenyangan kak. Padahal awak makan tu biasanya dikit.
Cerita ringan mengandung banyak prespektif nih... Mertua dan menantu itu sudah jadi rahasia umum ya selalu ada konfliknya
BalasHapusTerlepas ada juga menantu dan mertua seperti besti atau anak kandung.
Lin, beli saja titip lewat tetangga tuh. Ntar cicipi langsung sendiri lontong lodehnya
Ide bagus teh. Heheh. Coba deh Aline titip beli ke tetangga. Ntar tetangga pura-pura kasih gratis buat Aline. Bisa deh nyicip jadinya
HapusMenurut saya, mertuanya kurang bijak sih, karena meskipun ga enak, kalau Aline mau beli, sebaiknya dibiarkan aja. Lagipula di usia tua, harusnya sudah tahu bahwa selera orang beda-beda.
BalasHapusBukan saya menghakimi begitu saja, tapi mertua saya yang juga sering sekali mengomentari suatu kuliner "tidak enak", tapi gak pernah melarang-larang anak atau menantunya membeli apapun. Biar anak-anak tahu sendiri mana yang enak dan nggak.
Kecuali satu kejadian sih, mertua mentah-mentah melarang beli bubur dari Bu X. Katanya tidak enak. Padahal saya tahu banget di sana masakan dan buburnya enak banget. Ternyata, belakangan saya jadi tahu, ketika terpaksa beli di sana lantaran ga ada di tempat lain, Bu X ini habis-habisan menggunjing ibu mertua saya.
Rupanya yang nggak enak itu hubungannya dengan Bu X. Haha. Dari situ, saya dan suami gak pernah beli ke Bu X lagi. Soalnya parah sih, membicarakan yang sama sekali bukan urusannya.
Misalnya, "Ibumu gak masak apa? Kok sampai beli bubur dan lauk pagi-pagi gini?" Dalam hati saya komentar. Bukannya malah untung ya, jadi kami beli masakan beliau. Lagipula mertua saya selalu masak tiap pagi. Hanya saja kami pengen nyoba-nyoba kuliner sekitar karena tinggalnya di luar kota.
Oh ya, waktu itu saya juga lagi hamil muda, ibu mertua memang kebetulan ga masak sengaja supaya saya gak mual-mual muntah nyium bau masakan dan aroma kompor.
Ibu X juga lanjut komen lain seperti "Ibumu sibuk banget apa? Kok gak pernah datang ke pengajian?" dan masih banyak komentar lainnya yang di sampaikan ke suami saya terkait ibu mertua. Pokoknya yang sangat mengusik dan terlalu mencampuri kehidupan orang lain.
Aline cukup menghargai ibu mertua yaaa. Menyimpulkan pendapat pun setelah mengalami beberapa case yang hampir sama. Ah Aline, kalau aku jadi kamu, udah dr kmrn2 nekat beli lontong kelilingnya. Krn perkara makan, aku nomor 1 wkwkwkwkkw
BalasHapusKadang, memang susah ya, ketika berani berbeda selera, apalagi kalau ada faktor malu atau sungkan. Tapi menurutku, wajar kok kalau kita punya pendapat atau rasa yang berbeda. Mungkin suatu saat Aline bisa coba lontong lodeh itu, siapa tahu enak! Hehehe
BalasHapusMemang bener sih, selera orang itu beda-beda. Kemarin aja habis makan bakso malang rekomendasi Bu RW yang katanya enak, tapi menurut aku biasa aja.
BalasHapusAku bisa merasakan dilema Aline. Di satu sisi, dia ingin menghormati ibu mertuanya, tapi di sisi lain, rasa penasarannya terhadap lontong lodeh terus mengusik. Kalau aku jadi Aline, mungkin aku akan diam-diam mencoba lontong lodeh itu, hanya untuk memuaskan rasa penasaranku.
BalasHapushahaha salfok sama lontong lodehnya, jadi masakan kesukaan suami tapi akunya gabisa bikin wkwkwkw, jadilah mesti beli kalo pengen. lagian dia doang yg suka >.<
BalasHapusCoba aja Aline kalau penasaran.
BalasHapusAlm Mertuaku (dan iparku) dulu juga gitu. Naai pecel samping rumah Ibu persis dan Nasi/Mie goreng seberang rumah persis dibilang ga enak..
Belum lagi beberapa lainnya. Ternyata mereka bukan tipe suka jajan. Ga kayak keluarga besarku..selain masak sendiri jajan juga sesekali. Toh ga tiap hari.
Tapi semua dikomen ga enak...ternyata bukan karena ga enak...ya memnag sayang keluar uang buat beli..mending masak sendiri hihihi
Hihi gemes bgt ya kalah diceritain gini, tp kalau ngalamin sendiri kayanya bete jg wkwk
BalasHapusselera orang memang berbeda-beda ya, dan kalau berbeda pendpat dngan mertua begini jadi serba salah juga ya takut menyinggung kalau kita bilang enak atau tidak, jadi yaudah diam saja solusinya, tapi saya tim jujur sepertinya
BalasHapuspindang enaaak, tapi masing-masing punya selera ya hehe
BalasHapus