DEPRESI



Assalammualaikum wr wb

Apakah teman-teman memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi? 
Kewajiban yang harus dijalani, 
ataukah teman-teman adalah seseorang yang penuh dengan kebebasan?
Dapat melakukan apapun dan kapan pun yang teman-teman mau...

Yang manapun itu, sebagai manusia, di satu titik kehidupan kita, mungkin kita pernah merasa suram, murung, muram, sedih.

Silahkan dipilih yang manapun yang bisa mewakili apa yang teman-teman rasakan.
Mungkin perasaan tersebut sudah berlangsung lama, sehingga teman-teman sudah terbiasa dan mulai belajar untuk hidup berdampingan dengannya.

Dan saat orang terdekat kita menanyakan bagaimana keadaan kita, tak jarang kita menjawab dengan penuh canda, dengan kalimat yang kira-kira terdengar seperti 'lagi depresi nih".
Tawa yang kita lepas bersama pun menyapu bersih kalimat itu. Bersamaan dengan satu kemungkinan yang patut kita pertimbangkan.

Kemungkinan apakah itu?

Kemungkinan, bahwa apa yang sedang kita rasakan adalah DEPRESI.

Depresi sering menjadi bahan Bercandaan kita. 
Saat sedang merasa lelah karena tugas yang menumpuk, kita kadang bercanda dengan teman kita bahwa kita DEPRESI. 
Saat sedang sedih karena menonton drama, kita bergurau dengan kata DEPRESI.

Tapi apakah setiap saat kita mengatakan bahwa kita depresi, kita benar-benar dalam keadaan tersebut?

Bisa saja.

Karena depresi dapat menyerang siapa pun, dalam keadaan apa pun.

Tapi sering juga, kita menyimpulkan bahwa perasaan sedih yang kita alami langsung berarti bahwa kita sedang mengalami depresi.
Contoh, pada saat seseorang sedang bertanding basket, dan kalah. Maka orang itu akan merasa sedih. 
Atau ketika sedang berduka karena kehilangan seseorang yang berharga, maka juga akan merasakan sedih.

Rasa sedih adalah respon yang normal dalam keadaan tersebut .
Tapi, tidak semata-mata setiap kita merasa sedih, berarti kita sedang depresi.

Lalu sebenarnya apa itu DEPRESI?

Depresi adalah gangguan suasana hati yang cukup umum, namun serius.

Pada zaman dahulu, depresi sempat dianggap sebagai turunan, bahkan sempat dianggap sebagai kerasukan iblis, yang disebut Melancholia.
Sampai akhirnya dihubungkan dengan ketidak-seimbangan kimia dalam otak, yang mana masih terlalu rumit untuk dipahami sepenuhnya.

Ketidak-seimbangan Happy Neuro Transmitter seperti dopamine, serotonine dan lain-lain, menyebabkan kita bereaksi negatif atau berperilaku menurun, seperti merasa kesepian, atau menangis. Dan pada tahun 2019, depresi ini terjadi pada 15,6 juta penduduk Indonesia.

Kita hidup di zaman sangat penuh dengan berbagai macam hiburan.
Namun, tidak sedikit dari kita yang berusaha mengulurkan tangan dengan penuh harapan bahwa seseorang akan menggenggamnya.

Gangguan depresi ini mempengaruhi bagaimana kita berfikir, merasa, dan bagaimana kita menangani dan melalui kegiatan sehari-hari. Seperti makan, bekerja, bahkan tidur.

Memang terasa seperti sekedar perasaan sedih, ya kan?

Sekarang kita fokus ke 'bagaimana' kita mengetahui apakah yang kita rasakan adalah depresi atau bukan.

Karena depresi adalah suatu bentuk diagnosa. Beberapa kriteria harus dipenuhi.

Menurut DSM V (Diagnostic Statistical Manual Five) terdapat lima kriteria diagnosa untuk menetapkan bahwa yang terjadi adalah benar depresi.

Pada kriteria pertama terdapat sembilan gejala yang perlu diperhatikan.

9 gejala depresi yang harus diperhatikan pada kriteria pertama
Sumber: Channel Neuron

Yup... semua sembilan di gambar di atas. Hanya untuk memenuhi kriteria pertama.

Jika lima dari sembilan gejala di atas ada secara bersamaan selama dua minggu, dan paling tidak salah satunya adalah:

Pertama, mengenai penurunan suasana hati seperti merasa sedih, kosong, atau putus asa, 

Atau yang kedua, yaitu kehilangan minat terhadap aktifitas-aktifitas sepanjang hari dan tidak diakibatkan kondisi medis tertentu.
Maka, seseorang telah memenuhi kriteria pertama dari depresi.

Gejala-gejala ini tidak dilebih-lebihkan lho teman-teman.

Sekedar sering mondar mandir tanpa tujuan dan mengetuk-ngetukkan jari ke meja, menjadi lambat dalam memberikan respon atau reaksi, dan suka mencela diri sendiri, merupakan kumpulan dari gejala untuk satu dari lima kriteria terhadap depresi. 

Apakah gejala-gejala tersebut mengganggu fungsi sosial atau okupasional, apakah lebih susah untuk berinteraksi dengan orang di sekitar, dan apakah kesusahan tersebut mengganggu proses pekerjaan teman-temana?

Jika 'iya', teman-teman memenuhi kriteria kedua.

Terlebih lagi jika seluruh peristiwa tersebut tidak dipengaruhi oleh suatu zat yang teman-teman konsumsi
atau kondisi medis tertentu, kriteria ketiga pun telah teman-teman penuhi juga.

Kriteria keempat adalah, apabila gejala yang dialami tidak dapat dijelaskan melalui schizophrenia, delusi, mau pun spectrum schizoprenia dan gangguan psychotic lainnya.

Kriteria kelima dipenuhi apabila seseorang tidak pernah dipengaruhi manic maupun hypomanic.

Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan adalah 'apakah ada obatnya?'

Sejujurnya, bukan pertanyaan terbaik yang bisa kita lontarkan.

Memang terdapat kecurigaan terhadap kekurangan happy neuro transmitter yang diduga menyebabkan negatif symptoms atau gejala negatif yang menggambarkan seseorang bereaksi buruk atau berperilaku menurun, seperti menangis, merasa kesepian dan lainnya.

Beberapa obat pun diberikan dengan tujuan meningkatkan beberapa neuro transmitter tersebut.
Namun semua itu masih dugaan dan belum sepenuhnya dimengerti.

Jadi, apa yang bisa benar-benar kita lakukan?

15,6 juta orang penderita depresi.

Menurut teman-teman berapa orang yang memutuskan untuk mendapatkan pertolongan?

Hanya 8 persen.

Sebanyak 92 persen, jauh di atas 10 juta orang tidak mendapatkan pertolongan dengan berbagai macam alasan.
Banyak yang berfikir bahwa depresi hanyalah suatu fase yang akan lewat begitu saja.
Yang perlu kita mengerti adalah bahwa depresi adalah merupakan suatu gangguan kesehatan jiwa yang bisa mengancam nyawa.

Sumber foto: Canva


Bagi teman-teman yang tidak menderita depresi, ulurkan lah tangan kalian.
Kadang hal sesederhana tepukan di pundak dapat menciptakan suatu kesempatan untuk seseorang yang depresi. Memberikan kepercayaan dengan menceritakan apa yang sebenarnya yang sedang mereka lalui.
Cukup berikan waktu teman-teman, pinjamkan telinga untuk mendengarkan baik-baik, dan pilihlah kata-kata dengan hati-hati.

Karena, sekedar membalas tanpa mempertimbangkan perasaan mereka, tentu tidak akan membantu.
Jadilah pendengar yang mendukung mereka untuk lebih terbuka.
Tanyakan apa yang bisa teman-teman lakukan untuk mereka.

Tentu saja bantuan profesional, seperti psikolog atau psikater merupakan suatu pilihan yang baik.

Jangan takut diremehkan.

Mengumpulkan niat untuk pergi mencari bantuan bukanlah suatu tanda kelemahan, justru merupakan suatu keberanian.

Bagaimana jika kita mencoba sesuatu yang baru hari ini.
Ajak salah satu teman kalian yang murung untuk berbicara. Hubungi mereka yang sudah lama tidak terlihat, dan pastikan mereka baik-baik saja. Tunjukkan kepedulian kita.

Dan siapa yang tahu, mungkin seseorang di luar sana terbantu lebih dari yang teman-teman fikirkan.

Terimakasih dan sampai bertemu di tulisan lainnya.

Salam




Sumber tulisan: Neuron Channel

12 komentar:

  1. Keterbukaan dengan komunikasi yg intens dengan orang dekat saya rasa bisa meminimalisir kondisi tekanan batin yg dialami seseorang. Hanya kemampuan untuk terbuka itu yg tidak mudah dan belum tentu semua orang mampu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju teh Okti. Kadang, ada rasa tidak percaya untuk bercerita ke semua orang. Tidak percaya bahwa ia bisa mengerti, tidak percaya bahwa ia dapat membantu. Complicated memang. Semoga makin banyak org yg tercerahkan agar tidak memendam masalah sendiri, dan larut dalam depresi, atau bahkan mengambil keputusan yang sebaiknya tidak ia lakukan.

      Hapus
  2. Setuju, jadilah pendengar yang mendukung penderita depresi untuk lebih terbuka. Aku pun pernah mengalami depresi saat anak pertama meninggal dunia. Saat itu aku diungsikan ke rumah ortu dan keluarga besar membantu serta memfasilitasi bantuan profesional, jadi deh pasien psikolog. Alhamdulillah bisa membaik lebih cepat dengan dukungan dan doa semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ala kulli hal.. Kak Dian strong menjalani saat-saat itu ya kak.
      Dan pengalaman membuat kita lebih terbuka dan juga memahami orang lain yang mengalami hal sama.

      Hapus
  3. Alhamdulillah bila kita lebih cepat tanggap terhadap apa yang menimpa orang lain ya kak.
    Semoga kita tetap peduli agar lebih banyak orang yang terhindar dari depresi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, sebenarnya kita lebih kepada antisipasi agar kita pun nggak sampai mengalami depresi ya Cha,, saling menyemangati yaa kita semuaa,,

      Hapus
  4. Kalau lagi sedih entah itu namanya depresi obat nya cuma mengerjakan apa yg kita suka. Kalau saya dulu kalau lagi sedih atau perasaan kurang enak, hal yg paling saya suka lakukan jalan2 di mol. Hehehehhe lucu emang kalau dulu yg sering saya kunjungi dan plaza. Saya seperti tawaf di sana semua saya jalanin lantai perlantai. Kalu ketemu gramedia saya masuk buat liat2, ketemu ace saya masuk liat2 juga keluar dari situ tak ada 1 barang pun yg saya beli. Perjalanan berakhir di hipermat beli minum dan beberapa cemilan saya pun pulang sampai rumah perasaan udah tenang kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koq mirip ya sama saya dulu, kalau lagi sedih atau lagi pengen menyendiri sukanya malah jalan2 ke mall atau nonton film di bioskop, kalau udah reda sedihnya biasanya malah langsung pulang gak mikirin mau belanja apa2 :D

      Hapus
  5. Walah, Gejala orang depresi rupanya sederhana aja ya tadinya aku pikir ngamuk atau mengurung diri gitu itu baru depresi, bahkan mondar mandir tanpa tujuan atau ketuk² jari tanpa disadari bisa juga termasuk depresi ya kak?

    BalasHapus
  6. Berolahraga juga bisa mengatasi munculnys gejala depresi ya Kak... saya kl terasa mulai tekanan2 yg menghampiri, lgsg cari teman berbagi, tidur, baca quran, drakoran, jalan pagi, dan berusaha mencari solusi dr smuanya

    BalasHapus
  7. Selama ini aku kalau merasa down bangett langsung alihkan ke aktivitas yang disuka, main game, baca buku yg lucu2 gitu hha... dan memang membantu banget. kebayang kalau ada ibu yang ga sempet melakukan itu semua, tangki emosinya pasti penuuhhh

    BalasHapus
  8. intinya aware dengan diri sendiri ya kan kk, kalo dirasa udah agak korslet sikit langsung cari solusi ciptakan bahagia buat diri sendiri. Sekarang, klo dah ada tanda tanda itu, oh berarti ini kurang pelukan suami, kurang merepet sama suami wkwk

    BalasHapus