Parenting Blogger Medan: Mengajarkan Anak untuk 'Menunggu'

Mengajarkan pada anak bahwa 'sabar' dan 'menunggu' akan membuahkan hasil yang luar biasa.
Sumber foto: sodventure


Kebayangkan jika kita mengatakan hal tersebut di atas pada anak-anak kita yang sedang menunggu waktu berbuka?

Anak sulung dan anak Kedua saya, tahun ini adalah tahun ketiga mereka berpuasa penuh, dari subuh hingga maghrib. Dan masih tetap akan bertanya, 'berapa jam lagi waktunya berbuka'.
Jika tahun lalu mereka akan bertanya sambil merengek, tahun ini tidak merengek lagi, walaupun pertanyaan tersebut masih dilontarkan hehe...

Pengendalian diri kedua putra saya memang belum 100 persen. Tidak apa-apa sih, mereka juga masih termasuk dalam kategori belajar berpuasa walaupun sudah berpuasa penuh.
Bagi anak, menunda keinginan (berbuka) masih sulit. Tapi kita tidak mungkin membiarkan si kecil rewel bukan..
Karena anak cenderung mengutamakan keinginannya ketimbang apa yang harus dia kerjakan.


Sumber foto: motherandbaby.co.ic


Adakah cara yang dapat kita lakukan agar anak-anak kita bisa 'menunggu'?

Sebelum kita membahasnya, terlebih dahulu saya akan membahas tentang delayed gratification atau 'kemampuan menunda kepuasan' pada anak.

KEMAMPUAN DELAYED GRATIFICATION (menunda kesenangan / kepuasan) adalah kemampuan sosial seseorang dalam mengontrol diri dengan cara menunda kepuasan demi mencapai hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang.

Kemampuan ini berkembang sejak anak berusia sekitar 2 tahun dimana ia mulai mengerti konsep sebab akibat. 
Seiring bertambahnya usia, anak mulai sering menekan keinginannya sendiri dan menahan diri demi mendapatkan kepuasan yang lebih besar.

Para ahli psikologi sosial telah membuktikan bahwa anak yang memiliki kemampuan menunda kepuasan yang tinggi sampai memasuki usia remaja dapat menghasilkan pengaruh positif terhadap performa akademis dan kemampuan adaptasi mereka.

Ada 4 hal yang pernah saya terapkan pada anak-anak dalam mengajarkan cara 'menunggu' dengan bijak, dan saat ini sedang saya terapkan kepada putra bungsu saya (4 tahun) yang sudah mulai mengenal puasa.

Pertama, saya menjelaskan alasan mengapa si adek harus berpuasa, dan menunggu waktu berbuka agar bisa makan makanannya.

Tahun ini, kami sepakat, adek akan ikut berpuasa hingga jam 10 pagi.

"Sekarang adek kan lagi puasa. Jadi adek belum boleh makan biskuit ini, nanti setelah berbuka baru boleh".

"Sekarang masih jam delapan lho dek. Adek masih puasa. Nanti kalau sudah jam sepuluh, baru adek boleh makan biskuitnya ya"

Anak usia 1 - 2 tahun kemungkinan besar belum paham betul apa yang kita ucapkan, tapi ia mulai bisa membaca makna dibalik ucapan kita dengan memperhatikan intonasi dan ekspresi wajah dan gerak tubuh kita. Tapi anak usia 3 tahun ke atas biasanya mulai memahami penjelasan yang lebih detail.
Sumber foto: PT Equityworld Futures Pusat


Kedua, Saya memberitahu si adek alternatif hal yang dapat dilakukannya saat sedang berpuasa.

"Sekarang adek belum boleh makan, gimana kalau adek mewarnai saja?"

"Sekarang adek kan lagi puasa, gimana kalau kita baca buku cerita aja?"


Kita jangan menyikapi keras kepala anak dan kerewelan mereka sambil ngedumel (walaupun susah banget gak ngedumel hehe). 


Ketiga, saya ingin anak saya merasakan bahwa hasil yang baik akan datang setelah menunggu. Ini saya terapkan dulu pada putra sulung saya ketika dia belajar untuk berpuasa satu hari penuh.

"Kalau abang mau menunggu waktu berbuka, abang pasti akan lebih senang. Bisa berbuka bareng papa dan mama. Papa juga pasti senang lihat kamu berpuasa sampai maghrib. Allah sayang pada anak-anak yang berpuasa".

Saya mengatakan betapa hebat dan membanggakannya dia yang mau menunggu demi hasil yang lebih baik.

Nah, kepada si bungsu yang berpuasa sampai jam 10 ini, saya pun memujinya, betapa hebatnya ia bisa berpuasa hingga jam sepuluh. 

Ia saya biarkan berpuasa hingga jam sepuluh selama beberapa hari. Lalu kami bersepakat lagi untuk menambah jam puasanya menjadi lebih lama.

Jadi dengan pengalaman ini, saya berharap anak saya belajar pentingnya bersikap sabar.
Ibarat menunggu buah mangga matang, penantian akan menghasilkan rasa yang manis.

Saya melatih anak-anak saya untuk mengendalikan keinginannya sendiri. Dan keluarga adalah tempat berlatih pertama kali bukan..?
Pengalaman mereka melatih kontrol atas dirinya sendiri, merupakan bagian penting dalam perkembangan emosi anak yang sehat.


Melalui pengalaman yang sama dan berulang-ulang di dalam otaknya, akan terpatri suatu pemikiran bahwa 'sabar' dan 'mau menunggu' adalah suatu hal yang baik. Karena 'sabar' dan 'mau menunggu' akan berbuah manis.

Dan pengalaman puasa tahun ini juga membutuhkan lebih banyak sabar buat keluarga kami.

Qadarullah, lebih dari separuh Ramadhan tahun ini, saya dan anak-anak harus lebih bersabar lagi karena kami melaksanakan ibadah Ramadhan jauh dari ayahnya anak-anak dikarenakan beliau harus bertugas ke luar kota.

Puasa, terutama sholat taraweh tanpa ayahnya, membuat anak-anak yang laki-laki semua ini kelimpungan juga. 
Biasanya kan sholat taraweh bareng ayahnya di saf laki-laki. Dan mereka masih canggung untuk melaksanakan sholat di bahagian saf laki-laki tanpa ditemani ayahnya.
Untungnya ada om nya, yang cukup sering menemani mereka.

Kami juga cukup sering mendiskusikan hal ini bersama. Menyemangati anak agar bersabar. Ayahnya pasti senang dan bangga mengetahui ibadah anak-anak di bulan Ramadhan tetap terjaga.

Dengan bersabar berjauhan dengan sang ayah, akan membuat rindu yang besar. Jadi ketika kalian bertemu ayah nanti pasti akan lebih gembira dan bersyukur sudah berkumpul kembali.



16 komentar:

  1. Luar biasa bgt mbak, aku bacanya sambil ngangguk2, pentingnya melatih anak sejak dini ya, mulai dr hal kecil, lama2 anak akan memahami polanya kl menunggu dan bersabar itu baik.. Semoga besok lusa kl aku punya anak bisa menerapkan artikel ini

    BalasHapus
  2. Oh iya, pembahasan tentang menunda kesenangan ini aku dapatkan di buku Psikologi Umum. Nggak tau sih jilid 1 atau jilid 2. Jadi, memang kalau anak dibiasakan untuk menunda kesenangan, maka dia akan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya daripada mendapatkan kesenangan secara instan.

    BalasHapus
  3. Menjelaskan konsep sabar saat berpuasa bagi anak ini memang bukan saja tentang "tunggu saja" atau "ikuti saja" ya, Mbak. Harus juga sedikit demi sedikit diberi pengertian yang nantinya bisa tertanam sampai dewasa. Kemudian kalau didampingi, perihal melatih menunda kesenangan ini juga akan jadi proses yang menyenangkan

    BalasHapus
  4. Luar biasa mbak, caranya mendidik anak, bisa jadi pembelajaran buat saya biar nanti setelah punya anak bisa lebih sabar dan mengajarkan ank juga tentang kesabaran

    BalasHapus
  5. Delay gratification kalau di anak sulung awak, Iya terbiasa makan nasi duluan, lauknya belakangan. Hehehe. Kalau dia anak perempuan di rumah, lebih kalem dibanding anak laki-laki kami. Nggak melulu nanyain kapan buka.

    BalasHapus
  6. Betul mom, anak² mmg hrs belajar menunggu sejak dini agar terlatih kesabarannya dlm berbagai hal

    BalasHapus
  7. Dari kecil anak harus diajarkan makna menunggu ya, mba. Ini akan bagus buat tumbuh kembangnya.

    BalasHapus
  8. Betul mbak mengajarkan anak menunggu sama seperti mengajarkan anak belajar antri karena selain melatih kesabaran juga melatih menghargai hak orang lain.

    BalasHapus
  9. Meanrik sekali idenya Mbak..inspiratif ini.. delayed gratification, mengajarkan anak menunggu untuk mendapatkan hasil maksimal. Sepertinya kpnsep ini bisa juga dipakai untuk berbagai hal yang enggak cuma puasa. Terima kasih sharingnya, bisa diadopsi ini

    BalasHapus
  10. MasyaAllah bener juga yaahh. Harus nyoba ngajarkan ini pada anak mulai sekarang yakk

    BalasHapus
  11. Delayed Gratification ya istilahnya Kak Vivi,, mengajarkan anak2 menunda kepuasan. Skill penting ini harus kita ajarkan ke anak² trus agar sabar mengantre juga ya kan Kak

    BalasHapus
  12. masyaAllah mantep benerrr, alhamdulillah skrg mah kan udh lebaran, udh bs makan enak lagi ya heheheh inilah pentingnya peran ibu ya kak, harus banyak cara biar anak bs diajarkan pelan2 puasa xD

    BalasHapus
  13. Masyaallah keren sekali mbak. Mengajarkan anak di era saat ini butuh kesabaran dan tantangan tersendiri. Harus step by step agar dapat dipahami dan dimengerti oleh anak-anak

    BalasHapus
  14. Dengan adanya waktu untuk menunggu ini tentunya menjadikan anak juga lebih sabar dan tidak terlalu memaksakan kehendaknya ya. Saya sering lihat anak-anak yang nangis bahkan sampai mengamuk ketika tidak diberikan keinginannya di pusat perbelanjaan. Sepertinya itu salah satu trick untuk menunda kepuasan anak ya

    BalasHapus
  15. delayed gratification ini sangat bagus diterapkan ke anak-anak dari kecil ya kak, sudah besarnya akan terkontruksi dengan sifat baik ini. sharing yang sangat bermanfaat kak, bisa jadi ilmu parenting buat saya sebagai calom mama

    BalasHapus
  16. PR bgt buat saya dan anak tentang kesabaran menunggu semoga Alloh memudahkan

    BalasHapus