Parenting Blogger Medan: Ngobrolin tentang Perubahan Tubuh Remaja Laki-Laki Tanpa Bikin Canggung

Assalammualaikum Wr. Wb. 

Kalau ngomongin soal remaja, apalagi anak laki-laki, ada satu fase yang bikin orangtua suka deg-degan: masa pubertas. Di fase ini, tubuh mereka berubah, suaranya jadi pecah-pecah, mulai tumbuh rambut di beberapa bagian, dan tentu saja emosi mereka pun ikut naik turun.


Sebagai orangtua, kita tahu ini hal yang wajar dan normal. Tapi… ngomonginnya itu loh, sering bikin kikuk. Aku sendiri sempat bingung, “Gimana ya caranya ngobrol sama anak cowokku tentang perubahan tubuhnya, tanpa bikin dia kabur atau malah tutup telinga?”


Ternyata, kuncinya adalah cara menyampaikannya. Anak cowok nggak suka kalau orangtua ngomong kayak ceramah panjang. Mereka lebih suka kalau obrolan terasa santai, natural, dan nggak menghakimi. Nah, ini beberapa hal yang aku lakukan supaya ngobrol tentang perubahan tubuh sama anak remaja laki-laki nggak bikin canggung:


1. Pilih Waktu yang Santai


Ngobrol soal pubertas nggak bisa dipaksain. Jangan tiba-tiba nyerocos waktu dia lagi asik main game, misalnya. Aku biasanya pilih momen santai, kayak pas lagi jalan bareng, atau lagi makan berdua. Suasananya lebih rileks, jadi obrolan bisa ngalir.


Kadang malah lebih enak ngobrol sambil nggak tatap-tatapan langsung. Misalnya pas di mobil, aku di depan nyetir, dia di belakang atau di samping. Itu bikin dia lebih nyaman terbuka.

---


2. Mulai dari Hal yang Ringan


Nggak usah langsung ngomong, “Nak, kamu udah tumbuh rambut di ketiak belum?” 🙈

Itu pasti bikin anak kabur. Lebih baik mulai dari hal yang ringan, misalnya soal bau badan.


“Ayah dulu pas umur kamu juga mulai suka keringetan dan agak bau, jadi rajin deh pake deodorant. Kamu udah ngerasa kayak gitu belum?”


Ada beberapa hal yang baiknya diomongon sama ayahnya untuk anak laki-laki, dan ngobrol sama ibunya untuknanak perempuan. 

Dengan cara ini, anak merasa diajak ngobrol, bukan diinterogasi.

---


3. Jangan Malu Pakai Pengalaman Sendiri


Anak cowok biasanya lebih gampang nyambung kalau kita cerita pengalaman kita dulu. Misalnya:


“Dulu waktu suara ayah pecah, rasanya malu banget kalau harus ngomong di kelas. Kamu ngerasa gitu juga nggak?”


Cerita personal bikin anak merasa dia nggak sendirian. Dia jadi ngerti bahwa perubahan tubuh itu normal dan semua orang ngalamin.

---


4. Gunakan Bahasa yang Jelas tapi Sederhana


Kalau ngomong sama anak remaja, usahakan pakai bahasa yang to the point tapi nggak vulgar. Misalnya, kalau bahas mimpi basah, cukup bilang:


“Kalau nanti kamu tiba-tiba bangun dan celana dalammu basah, itu normal. Tandanya tubuhmu lagi berkembang.”


Nggak usah pakai istilah medis yang ribet, tapi juga jangan pakai bahasa yang bikin malu-maluin.

---


5. Validasi Perasaan Mereka


Perubahan tubuh sering bikin anak remaja bingung. Misalnya, suara jadi pecah, atau jerawat mulai tumbuh. Jangan langsung bilang, “Ah itu biasa.” Lebih baik tunjukkan empati:


“Aku ngerti pasti nggak nyaman ya punya jerawat. Mama dulu juga ngalamin kok, rasanya nggak pede. Tapi percaya deh, itu bakal lewat seiring waktu.”


Dengan begitu, anak merasa dimengerti, bukan disepelekan.

---


6. Jangan Lupa Bahas soal Kebersihan dan Kesehatan


Pubertas erat kaitannya dengan kebersihan. Bau badan, jerawat, dan rambut yang mulai tumbuh di ketiak atau wajah, semua butuh perawatan. Daripada ngomel, lebih baik ajak ngobrol:


“Kamu udah coba sabun muka? Mau mama beliin yang cocok buat kulit remaja cowok?”

“Atau, ayo deh bareng-bareng nyari deodorant yang pas buat kamu.”


Jadi, obrolannya nggak sekadar teori, tapi juga praktik. Anak jadi merasa diperhatikan, bukan disalahkan.

---


7. Bahas Juga Soal Batasan


Selain perubahan fisik, penting juga ngobrol tentang batasan. Remaja laki-laki sering punya rasa penasaran besar, termasuk soal lawan jenis.


Aku biasanya bilang:

“Tubuh kamu itu anugerah. Kamu perlu jaga dan hargai, sama seperti kamu harus menghargai tubuh orang lain.”


Pesannya sederhana, tapi penting banget buat membentuk sikap mereka di masa depan.

---


8. Jangan Cuma Sekali


Ngobrol soal perubahan tubuh bukan sekali langsung selesai. Ini percakapan yang akan terus berulang. Kadang mereka baru berani tanya setelah beberapa hari, atau mereka datang tiba-tiba dengan pertanyaan random.


Makanya aku selalu kasih sinyal ke anak:

“Kapan pun kamu mau tanya tentang tubuhmu atau hal-hal aneh yang kamu rasain, kamu bisa tanya mama. Nggak usah malu.”

---


Penutup


Ngobrol soal perubahan tubuh dengan anak remaja laki-laki memang tricky. Kalau salah gaya, bisa bikin mereka menutup diri. Tapi kalau kita santai, jujur, dan pakai pengalaman pribadi, mereka biasanya lebih terbuka.


Ingat, mereka butuh kita untuk jadi “kompas” dalam menghadapi fase baru hidupnya. Jadi jangan takut canggung. Justru dengan ngobrol, kita lagi ngajarin bahwa perubahan itu normal, sehat, dan bagian dari tumbuh dewasa.


Karena pada akhirnya, anak cowok kita butuh orangtua yang bisa jadi teman cerita, bukan sekadar pemberi aturan. ❤️



---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar