Catatan Sebelum Peristiwa Berdarah Terjadi

 Assalammualaikum wr wb,


Peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu penculikan dan pembunuhan perwira TNI AD di Lubang Buaya, yang dikenal dengan peristiwa G30S PKI, menambah daftar sejarah bangsa ini yang berdarah-darah. Kejamnya PKI dalam melakukan gerakan membuat rakyat marah besar pasca peristiwa tersebut. 

Sekarang ini, banyak orang yang mengatakan di dalam tulisan ataupun video, bahwa ini semua tidak ada hubungannya dengan PKI. Kalau ini semua hanya masalah internalnya TNI AD. Ada orang-orang yang berusaha membersihkan nama PKI agar mungkin bisa bangkit kembali. Akan tetapi PKI sudah bangkrut. Dan tidak cocok lagi dengan zaman modern seperti saat ini. 

Untuk mengetahui jejak PKI, kita jangan terpaku pada peristiwa G30S PKI saja. Tetapi kita harus melihat jauh ke belakang. 

Dalam tulisan ini, saya akan mengulas tentang kondisi dan keadaan Indonesia, bahkan peristiwa yang terjadi sebelum para jenderal TNI AD tersebut dibunuh. 

Monumen G30S PKI di Madiun yang terkenal angker
Sumber foto: sejarahone.id


Kondisi Indonesia dalam Periode 1960-an

Pemilihan umum pertama yang dilakukan Republik Indonesia pada tahun 1955 mempengaruhi bangsa pada tahun 1960-an. Khususnya keberhasilan PKI menjadi pemenang ke-4 di belakang PNI, Masyumi, dan Nahdatul Ulama.

Ini mengherankan. Karena pada September 1948, PKI melakukan pengkhianatan pada perjuangan Bangsa Indonesia, dengan melakukan pemberontakan di Madiun, yang meluas ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, ketika Republik Indonesia saat itu mendapat serangan dari Belanda.

Akan tetapi tujuan pemberontakan merebut pimpinan Indonesia sebagai misi Musso yang baru kembali dari Uni Soviet tidak tercapai. Tentara Nasional Indonesia bersama rakyat berhasil mengalahkan PKI dan pendukungnya dalam 2 bulan. Namun ada pasukan PKI yang lolos dari penghancuran oleh TNI. Dan lari masuk ke wilayah pendudukan Belanda. 

Dalam perang kemerdekaan kedua yang berkobar setelah agresi Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan-pasukan PKI yang lolos itu turut melawan Belanda. Oleh sebab itu, Kolonel Gatot Subroto, sebagai pimpinan perlawanan di Jawa Tengah, merehabilitasi anggota pasukan PKI tersebut.

Maka pada tahun 1950, kita akan menemukan pasukan Maladi Yusuf, yang merupakan inti pasukan PKI dalam pemberontakan Madiun. Juga pasukan Digdo, yang melawan Batalyon Divisi Siliwangi di Wonogiri. Maka PKI pun lolos dari penghancuran total ketika mengkhianati perjuangan kemerdekaan. 

Tetapi rehabilitasi itu tidak menghilangkan kecurigaan dan kebencian rakyat, yang timbul karena gerakan dan prilakunya. Ketika dalam pemberontakan Madiun, PKI membunuh banyak orang dan pejabat RI, khususnya Umat Islam. 

Kecurigaan itu meningkat ketika PKI kembali sebagai organisasi yang sah. Apalagi setelah menjadi pemenang ke-4 pada pemilu tahun 1955.

Dengan bantuan induknya yaitu Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok, pimpinan PKI makin memperbesar peran partainya. Dengan membentuk organisasi di semua daerah dan aspek kehidupan masyarakat. SOBSI di perburuhan, BTI di pertanian, SARBUPI di kalangan perkebunan SBKA di organisasi Kereta Api, CGMI di kalangan mahasiswa, dan lain sebagainya.

Dalam perang dingin yang sedang berkecamuk di dunia kala itu, Uni Soviet berkepentingan Indonesia berada di pihaknya. Sebab itu Sovyet membantu PKI secara besar-besaran. Sesuai dengan sifatnya, PKI membantuk suatu badan yang tugasnya menginfiltrasi organisasi lain, dan mempengaruhi anggotanya.  Agar mereka senang dan memihak menjadi simpatisan PKI. Dengan cara itu, PKI berhasil menjadi organisasi komunis terbesar di dunia, diluar Uni Sovyet dan Republik Rakyat Tiongkok. 

Inilah yang memungkinkan PKI menjadi pemenang ke-4 pemilu pada tahun 1955. Bersamaan dengan itu terjadi perubahan sikap dari Presiden Soekarno. 

Pada tahun 1948, ketika PKI berontak, Bung Karno dengan tegas menantangnya dengan menyerukan kepada rakyat, untuk memilih Bung Karno atau PKI. Akan tetapi setelah 1950, ketika PKI makin kuat, ditambah oleh seringnya kunjungan Bung Karno ke Moscow, beliau tak lagi menganggap PKI sebagai masalah bagi Indonesia. Sebaliknya, malah menjadikannya sebagai faktor yang memperkuat perjuangan bangsa. 

Sejak tahun 1956, Bung Karno mengembangkan konsep politik Nasakom, yaitu nasionalis, agama, dan komunis. Dan tidak memperhatikan bahwa hal itu tidak sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila. Yang beliau sendiri sumbangkan kepada Negari RI, ketika kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945.

Perubahan sikap Bung Karno besar sekali pengaruhnya terhadap kondisi dan perkembangan bangsa waktu itu. Penempatan PKI sebagai salah satu yang utama dalam perjuangan bangsa, menjadikannya peserta dalam kabinet pemerintah. Hal ini mejadikan PKI dan organisasi bawahannya menjadi berani menunjukkan dirinya. Menjadi sombong dan arogan. Jika ada pihak lain yang kurang cocok dengan sikapnya, PKI menghadapi mereka dengan kekuatan fisik. Tidak jarang terjadi perkelahian antara PKI dengan pihak yang menentangnya. Terutama umat islam. 

Indonesia makin diliputi suasan pertentangan dan konflik karena PKI semakin mau menang sendiri. Kondisi saat itu menyerupai keadaan tahun 1948, sebelum pemberontakan di Madiun meletus. Bedanya, sekarang PKI dibeda oleh Bung Karno.

Monumen G30S di Simalungun, Sumatera Utara.
Terdapat 8 patung pahlawan. Yang satunya adalah patung Letda Sudjono yang menjadi korban PKI di Simalungun Sumut.
Sumber foto: MedanBisnisDaily.com


Pengaruh Perang Dingin

Di dunia internasional, perang dingin semakin seru. sekalipun kedua pihak yang berlawanan menjaga agar tidak terjadi eskalasi ke perang panas terbuka. Kemajuan dan kemenangan perang Vietnam Utara yang komunis atas Sietnam Selatan yang didukung sepenuhnya oleh Amerika Serikat makin menjadi kenyataan.

Timbul pikiran bahwa, setelah Vietnam runtuh sesuai teori domino, akan jatuh pula Thailand, Filipina dan Malaysia, maka secara strategis Indonesia menjadi makin penting bagi kedua pihak. Masing-masing sangat berkepentingan agar RI berpihak dan meninggalkan politik luar negerinya yang bebas dan aktif. Politik bebas aktif menjadi sikap tegas Indonesia sejak tahun 1948, sesuai dengan dasar negara RI yaitu Pancasila. Dengan sikap tersebut, Indonesia dapat melaksanakan ketetapan UUD 1945, dan mencapai tujuan nasionalnya, menghadapi dunia internasional yang makin keruh akibat perang dingin antara blok barat dan blok komunis.

Dalam keadaan itu, terjadi pergulatan intelijen di Indonesia. Dari pihak Amerika Serikat CIA makin giat dan aktif bergerak. Demikian pula KGB dari Uni Sovyet, dan intelijen China.

Pada tahun 1958, CIA berhasil mempengaruhi kamu militer dan politik di Sumatera dan Sulawesi, untuk melawan pemerintahan pusat NKRI, yang dituduh makin dikuasai kaum komunis. Terjadilah pemberontakan PRRI Permesta yang mendapat dukungan senjata, peralatan, personil dari pemerintah Amerika Serikat.

Akan tetapi pemberontakan tersebut digagalkan TNI yang membela keutuhan NKRI. Kegagalan pemberontakan itu justru memperkuat posisi PKI. Partai-partai politik yang anggotanya ada yang mendukung PRRI Permesta dibubarkan dan dilarang, yaitu Masyumi dan PSI.

Hal ini memungkinkan PKI makin dekat dengan Presiden Soekarno, dan mewujudkan kehendaknya. PNI yang dikenal sebagai partai basis Bung Karno tak dapat mengimbangi kiprah PKI. Malahan suatu saat, Bung Karno mengatakan bahwa PNI kalah dinamis revolusioner dari PKI.

Keunggulan Uni Soviet tampak ketika melengkapi Indonesia dengan alat dan persenjataan yang menjadikan TNI menjadikan kekuatan militer terkuat di Asia Tenggara. Baik di darat, laut, maupun udara. 

Dengan kekuatan itu, RI dapat merebut daerah Irian Barat yang sekarang menjadi Papua, dari kekuatan Belanda yang sejak berakhirnya Konferensi Meja Bundar, belum mau menyerahkan daerah itu kepada Indonesia.

Amerika Serikat menyadari kemampuan militer Indonesia yang unggul, serta dampaknya pada perang dingin. Maka sebelum ofensif TNI berlangsung secara penuh, Amerika Serikat memaksa Belanda untuk mengalah agar tidak terjadi pameran militer dengan alutsista Uni Soviet.

Gerbong Kertapati. Saksi bisu jenazah para kyai dan para tokoh lainnya atas pembantaian PKI di Madiun 1948
Sumber foto: Rajawali Siber


Kondisi Politik Makin Menajam

Setelah keberhasilan Indonesia mengatasi Belanda soal Irian Barat, Presiden Soekarno bukannya mengadakan konsolidasi kedalam dan memperbaiki kondisi ekonomi yang jauh dari baik, melainkan melakukan konfrontasi terhadap Malaysia. Hal ini memberikan keuntungan berlipat pada PKI.

Pertama, Pulau Jawa makin kosong dari TNI. Memungkinkan PKI makin memperkuat posisinya di daerah yang sangat menguntungkan untuk perebutan kekuasaan negara.

Kedua, ekonomi nasional yang semakin tertekan karena harus mendukung konfrontasi menyebabkan kemiskinan semakin memburuk. Suatu kondisi yang sangat menguntungkan PKI.

Maka pada tahun 1960-an, PKI makin agresif dalam usahanya menguasai Indonesia. Namun PKI sadar, bahwa usaha itu menghadapi rintangan berat. Karena TNI, khususnya TNI AD, tidak akan rela jika Indonesia dikuasai oleh kaum komunis. 

PKI pun berhasil mengilfiltrasi beberapa pasukan di Jawa Tengah, Tetapi mayoritas kekuatan TNI AD masih setia kepada Pancasila. Berkali-kali Presiden Soekarno menegur pimpinan TNI AD yang beliau nilai kurang tegas mendukung konsep Nasakom, dan menyebut TNI AD komunistu phobi.

Namun sikap TNI AD timbul dari pendapat yang bukannya tidak mau patuh dan taat kepada pimpinan presiden. Tapi TNI AD berpendapat, mereka harus melaksanakan Sapta Marga yang sejak tahun 1952, dengan persetujuan Presiden Soekarno menjadi pedoman sikap TNI seluruhnya. 

Dalam Sapta Marga pertama mengatakan, bahwa para anggota TNI adalah warga NKRI yang bersendikan Pancasila. Sapta Marga kedua menegaskan bahwa TNI adalah patriot Indonesia, pendukung serta pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.

Oleh karena itu, bagi TNI AD, sukar sekali kalau diminta mendukung konsep politik Nasakom. Akan tetapi hal itu tidak mengurangi kepatuhannya kepada Presiden Soekarno. Maka bagi PKI dan pendukungnya di Uni Sovyet dan RRT, jelas bahwa usaha untuk menguasai Indonesia menghadapi tantangan berat dari mayoritas TNI AD dan para pendukung Pancasila. 

Masalah lain yang rumit adalah bahwa posisi PKI sangat tergantung pada Presiden Soekarno. Selama beliau ada, perwujudan ambisi PKI aman dari tindakan TNI AD. Padahal mulai terlihat adanya masalah yang bersangkutan dengan kesehatan beliau. Tim dokter yang dikirim oleh RRT (Republik Rakyat Tiongkok) menemukan hal-hal yang cukup mengkhawatirkan.

Rupanya hal tersebut mempengaruhi perkembangan keadaan dan pengambilan keputusan pimpinan PKI dan Moscow serta Beijing. Harus ada tindakan penentuan sebelum Presiden Soekarno tidak mampu lagi menguasai tampuk pimpinan NKRI. 

Maka gerak intelijen selanjutanya adalah untuk semakin menimbulkan kekacauan dalam masyarakat untuk mendukung perebutan kekuasaan. Juga unsur-unsur TNI yang memihak PKI makin diperkuat dan dipersiapkan untuk melakukan pemukulan.

Adalah jelas bahwa perebutan kekuasaan memerlukan tindakan militer. PKI juga mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk membentuk angkatan ke-5, yang terdiri dari kaum buruh dan petani.

Presiden Soekarno mengadakan perubahan penting dalam kepemimpinan TNI dan Kepolisian. Setiap angkatan dan Polri menjadi kementerian tersendiri yang masing-masing langsung di bawah presiden. Maka ada Menteri TNI AD, yang sekaligus menjadi Panglima TNI AD. Demikian pula untuk TNI AL, TNI AU dan Polri. 

Maka dengan sendirinya kementerian pertahanan hilang fungsinya. Baik fungsi administrasi maupun fungsi mengintegrasikan kekuatan operasional militer. Dari sudut politik dan intelijen angkatan yang berdiri sendiri, dapat diadu domba satu sama lain. Sehingga menihilkan TNI.

Usulan PKI disetujui Presiden Soekarno. Membentuk angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan tani. Dengan persenjataan yang akan didapat dari RRT. Satu usul yang jelas ingin memperlemah posisi TNI AD.

Demo unsur PKI terhadap Kedutaan Besar Inggris, disertai gerakan dalam gedung, menemukan dokumen yang dinamakan Dokumen Gilchrist. Dalam dokumen tersebut, disebutkan adanya local army friends, yang berpihak pada Inggris dan Amerika Serikat.

Organisasi intelijen BPI yang dipimpin oleh Dr. Soebandrio melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa di TNI AD ada dewan jenderal yang merencanakan perebutan kekuasaan. 

Pendeknya, diciptakan kondisi masyarakat yang memojokkan TNI AD sebagai pihak yang kontra revolusi yang salah. Sebab kemudian terbukti bahwa yang disebut Dokumen Gilchrist adalah buatan KGB, Intelijen Uni Soviet. Dan dewan yang ada di TNI AD adalah dewan jabatan dan kepangkatan. Yaitu dewan-dewan yang mengurus kenaikan jabatan dan pangkat perwira menengah, pilihan dan perwira tinggi. Hal ini dilaporkan Jenderal Ahmad Yani sebagai Menpangab kepada Presiden Soekarno. PKI semakin marah kepada TNI AD, yang menolak adanya angkatan ke-5.

Kondisi Indonesia pada tahun 1964 sudah penuh ketegangan yang sangat terasa dan semakin terlihat dan jelas. Terasa gerakan PKI dan badan-badan yang dikendalikannya. Banyak terjadi gontokan-gontokan antara organisasi di bawah PKI dengan badan-badan lain yang dinilai melawan PKI.

Kondisi ekonomi semakin parah, seperti sukar mendapatkan bahan makanan, beras, dan harganya semakin meningkat. Jalan-jalan antar kota semakin rusak dan tidak terawat. Semuanya itu membuat kondisi masyarakat makin tegang. 

Monumen di Kampung Kolam, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang dibangun untuk mengenang orang-orang yang berjuang melawan PKI dan terbunuh
Sumber foto: infodeliserdang.com


Peristiwa G30S PKI Meletus

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Bangsa Indonesia dikejutkan oleh tayangan TVRI yang menyiarkan pengumuman Dewan Jenderal. Satu badan yang tidak ada sebelumnya. Kemudian adanya berita tentang diambilnya atau diculiknya menteri Pangab, Letnan Jenderal Ahmad Yani beserta lima orang pembantunya, yaitu:

  • Deputi Administrasi AD, Mayor Jenderal Soeprapto
  • Deputi Khusus AD, Mayor Jenderal MT Haryono.
  • Asisten Intelijen AD, Mayor Jenderal S. Parman
  • Asisten Logistik AD, Brigadir Jenderal Panjaitan, dan 
  • Inspektur Kehakiman, Brigadir Jenderal Soetojo. 

Usaha untuk mengambil Jenderal Abdul Haris Nasution gagal, karena tindakan heroik dan cerdik Letnan Satu Pierre Tendean, dengan mengatakan kepada para penculik bahwa dialah Jenderal Nasution, dan ia pun dibawa oleh para penculik.

Semua dibunuh oleh para penculik. Ada yang dibunuh di rumahnya, dan ada yang dibunuh di Lubang Buaya. 

Pasukan yang menculik berasal dari Pasukan Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden, yang adalah batalyon dibawah pimpinan Letkol Untung, yang menjadi induk dari pasukan-pasukan penculik. 

Diketahui bahwa, Untung sekurang-kurangnya bersimpati pada PKI, dan menjadi unsur TNI yang menjadi garapan biro khusus PKI.

Gerakan yang dilakukan oleh para Cakrabirawa itu bukan karena perintah pimpinan resimen Cakrabirawa, tapi karena perintah pihak yang dekat dengan Untung, yaitu biro khusus PKI yang dikendalikan pimpinan PKI, DN Aidit. 

Maka dapat disimpulkan bahwa, pemicu gerakan 30 September 1965 adalah PKI. G30S bukan masalah internal TNI AD. Melainkan usaha pimpinan PKI melikuidasi pimpinan TNI AD dalam agenda merebut kekuasaan atas negara NKRI.

Dalam usaha itu, digunakan unsur-unsur TNI AD yang dipimpin perwira yang berpihak kepada PKI.

Kalau kemudian ada pendapat bahwa G30S merupakan masalah internal angkatan darat, dan PKI menjadi korban dalam penyelesaian masalah itu. Maka itu jelas merupakan usaha untuk menyelamatkan PKI agar dapat bangkit kembali.

Seperti ketika di tahun 1950, ada pemutar-balikan fakta pemberontakan Madiun, yang mengatakan bahwa peristiwa Madiun, September 1948 adalah provokasi Kabinet Hatta. 

Adalah kenyataan bahwa sekarang dalam alam reformasi berkembang kehidupan masyarakat yang serba liberal. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kalangan yang mendukung PKI untuk dapat bangkit kembali.

Beberapa tindakan pemerintah RI yang dilakukan setelah terjadi G30S PKI tentu ada yang kurang benar. Seperti penindakan terhadap pihak yang dicurigai terhadap PKI tanpa ada penyelesaian hukum. Hal-hal itu sekarang digunakan untuk memojokkan pemerintah RI dan pihak-pihak pembela Pancasila untuk membuka jalan bagi bangkitnya PKI atau komunis gaya baru. 

Monumen Pancasila di Lubang Buaya
Sumber foto: travellingyuk.com


Demikian sekelumit pembahasan tentang peristiwa ataupun keadaan politik Indonesia sebelum G30S PKI.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua. Terimakasih sudah membaca.

Salam


p.s. Dalam beberapa penulisan, saya menulis kata soviet dengan sovyet. Mohon maaf apabila belum semua kata soviet belum diganti.

Tulisan ini dibuat mengacu dari  berbagai sumber, yang paling banyak dari channel youtube pegawai jalanan.

19 komentar:

  1. Dipikir-pikir serem juga ya kalau PKI bangkit kembali, celahnya juga banyak sih. Tapi mudah2an pemerintah kita bersih ya dari PKI dan antek2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... doa dan harapan kita bersama ini ya kan id... jauhkanlah dari PKI la'natullah aamiin yra

      Hapus
  2. beruntungnya paham-paham begini sekarang sudah semakin disaring, tapi ya sepertinya sih masih ada, hanya terselubung, eh.. semoga tidak menjadi brutal di masyarakat umum :)

    BalasHapus
  3. Saya flashback sejarah lagi setelah membaca ini. Mba Vi anak sejarah kah dulunya? Lengkap banget ulasannya. Hehehe.

    Dulu kakek saya yang purnawirawan TNI juga suka cerita soal G30S PKI. Bahkan gak jarang kami sekeluarga suka nonton bareng, rameeee, setiap 30 September. Waktu itu masih rutin diputar filmnya. Sekarang aja udah dilarang ya. Bahkan pas di Bali (2 tahun lalu) saya ikutan diskusi launching buku terbaru Pak Noorca M Massardi yang juga mengulik sisi lain peristiwa berdarah ini, itu kami juga diam-diam diskusinya, takut didatangin polisi. Wkwkwk. Padahal cuma mengulas buku doang. Judulnya SEPTEMBER. Mba Vi udah baca kah? Kalo belum, datang aja sekalian main ke Taman Baca Kesiman Mba Vi. Dekat dari rumah mba. Pasti Mba Vi dan anak-anak suka. Tempatnya cozy bangettt dan santai. Ada lapangan bermainnya buat anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ealaaah, malah bukan 2 tahun lalu, tapi 4 tahun lalu. Wkwkwk. Udah gak berasa aja ini waktu. Cepetttt banget gesernya. Saya ikutan diskusi itu 2017, sekarang udah 2021.

      Hapus
    2. Wahhh taman bacaan?
      Segera dicari..
      Saya bkn anak sejarah mba..
      Tapi pelajaran favorit saya dari sd sampe sma ya sejarah.
      Baik secara indonesia, juga sejarah dunia

      Hapus
  4. Makanya awak tuh heran kalau ada yang membela PKI. Padahal kerusakan ideologi yang ditimbulkan itu massive banget ya kak. Mudah-mudahan aja PKI tidak bangkit kembali ya kak

    BalasHapus
  5. Saya senang baca artikel ini, jadi diingatkan betapa kejamnya PKI. Palagi beberapa tempat yang disebutkan saya kenal dan ketahui.
    Semoga ideologi PKI tak lagi hadir di bumi Indonesia tercinta ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kak. Tapi saya ada kekawatiran tersendiri karena belakangan ini PKI dianggap enteng. Padahal ya kerusakannya zaman dulu sangat masif

      Hapus
  6. Jadi inget pelajaran sejarah konon sejarah dibuat oleh pemenang hehehe karena pemenang punya segalanya

    BalasHapus
  7. Tiap tahun selalu nonton di peringatan G 30 S PKI. Tertanam betapa PKI kejam dan terlarang di negeri kita ini.

    BalasHapus
  8. kalau sampai PKI bangkit lagi, hiks serem banget ya kak. Nauzubillah.. masih ada aja yang belanya sampai sekarang. Padahal semua orang tahu, peristiwa G 30 S PKI itu, benar-benar masa kelam buat rakyat Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener gak habis pikir kenapa masih ada yang belain gitu, padahal saksi sejarah dulu sudah tau PKI itu kejam

      Hapus
  9. Kami nobar lagi film G30SPKI, anak-anak sudah pada usia bisa melihat gambaran sejarah dari film ini.

    Walau pun ada yang menolak film tersebut, namun kita tidak bisa menolak sejarah bahwa negeri ini oernah kehilangan putra-putra terbaik bangsa dengan indikasi keterlibatan PKI yang tidak bisa dibantah.

    Kami mengambil kesempatan nobar ini sebagai refleksi, ada paham yang merusak dan tidak sesuai dengan Islam yang Rahmatallilalamin..

    BalasHapus
  10. Keren bangett mba, super duper lengkap.Setuju sih sekarang banyak bangett orang2 yg mengarah ke dukungan bangkitnya PKI. Padahal nyata bangett itu sejarah beneran terjadi dan ngga diputarbalikkan faktanya. Bukan juga sesuatu yang menempatkan mereka jadi korban, kok malah kebolak balik gitu yaa mba narasinya sekarang di sosial media. Serem :( Ibu dan kakekku ngalamin sendiri gimana di tahun itu padahal, ceritanya juga masih jelas, malah dibilang sama ibukku zaman "beleh2an". Bukti nyata gimana mereka begitu brutal dan anti-agama

    BalasHapus
  11. Kasus kekerasan PKI di Madiun memang luar biasa Bun. Sungai merah penuh darah. Para santri dan kyai dimasukkan kedalam sumur dan locomotif lalu ditembak dengan sadis. Tubuh tanpa kepala ditebas tergeletak tanpa daya. Duuuuh, gak kebayang rasanya

    BalasHapus
  12. Bagus mba artikelnya, dimana baca sejarah jadi asyik tidak membosankan. Menambah wawasan baru untuk saya nih tentang PKI, semoga PKI tidak ada lagi, karena selain bertentangan dengan Pancasila, paham PKI juga bertentangan dengan Agama Islam, tidak heran jika sasaran kekejamannya juga kepada ulama.

    BalasHapus
  13. Artikel yang aktual ini Kak Vi... related dengan isu sosial yang sedang kita dengar dan tonton di TV, jangan sampai PKI bangkit lagi, waspadalah waspadalah waspadalah

    BalasHapus
  14. Saya ga bisa membayangkan jika hidup di era tersebut. Pasti yg ada hanya ketakutan. Ibu saya saja sering cerita ketika beliau harus bersembunyi ruangan tertentu bersama saudara saudaranya ketika ada peristiwa pembakaran oleh PKI.

    BalasHapus