Keterampilan Hidup yang Harus Dikuasai Anak Kita Sebelum Baligh

Assalammualaikkum wr wb,

Kecepatan perkembangan setiap anak itu berbeda. Pada umumnya anak memasuki usia baligh itu antara usia 9 hingga 14 tahun. Pada masa ini adalah masa transisi mereka, dimana anak-anak kita belajar untuk menjadi lebih mandiri lagi. Temen-temen bisa baca juga ditulisan saya yang ini Mumayyiz dalam Menyongsong Aqil Baligh

Tugas kita sebagai orang tua adalah membantu mereka untuk menjalani masa ini dengan mulus.

Apa saja yang harus mulai kita ajarkan pada mereka?
Nah cekidot ya..

Mengelola keuangan

Kita bisa mengajarkan konsep keuangan atau ekonomi ini sejak dini, sejak anak mulai bisa diajarkan berhitung, jadi ketika anak kita sudah menginjak usia sekitar 13 atau 14 tahun, anak kita sebaiknya sudah mulai paham tentang cara memperoleh, menyimpan, membelanjakan, dan menginvestasikan uang.

Sebaiknya anak kita juga tahu harga barang keperluan sehari-hari, dan juga bisa mengambil keputusan mendasar untuk mengatur uang sakunya untuk ditabung, berinfak, dan untuk dibelanjakan.

Anak-anak di rumah sudah saya terapkan hal ini sejak mereka mulai mengerti. Tentu saja si sulung sudah lebih paham dari adik-adiknya tentang mengelola uang sakunya.


Mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Saat ini pekerjaan rumah tangga yang sudah saya berikan kepada anak-anak, antara lain, membantu mengangkat jemuran yang sudah kering, si sulung mulai dibiasakan membantu menyapu teras rumah.
Dan semua anak harus membereskan mainan dan buku-bukunya ketika hendak tidur di malam hari.

Saya berharap ketika sudah menginjak usia 13 atau 14 tahun mereka sudah bisa menyetrika pakaian mereka sendiri, membantu mencuci piring, mengganti seprei, membantu mencuci kendaraan, atau pun membersihkan kamar mandi.

Harus bertahap sih ya, dari sekarang harus sudah mulai diberi tugas step by step, sehingga terbiasa.
Dan yang terpenting juga instruksi yang kita berikan mengenai tugas di rumah ini harus dimengerti oleh mereka supaya tugasnya gak hancur-hancuran hehehehe.
Beri semangat dan pujian jika mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.


Memasak dan menyiapkan makanan.

Keterampilan memasak ini dibutuhkan semua orang kan, baik laki-laki maupun perempuan.
Saya gak muluk-muluk, menginginkan anak saya pandai memasak selevel koki restoran bintang lima, or jebolan master chef heheh
Paling tidak, anak-anak bisa membuat makanan dari resep sederhana, seperti bikin telur dadar, telur ceplok, atau minimal masak mie instan sendiri sebelum mereka genap berusia 14 tahun atau baligh.

Pastikan anak kita bisa mengikuti resep sederhana, menggunakan peralatan dapur; menghidupkan dan mematikan kompor, memasak nasi di rice cooker / magic jar, dan memahami prinsip dasar kebersihan dan keamanan di dapur.


Belanja kebutuhan sehari-hari

Mengajak anak pergi berbelanja kebutuhan memasak, merancang menu makanan harian, membuat daftar belanja, dan mengatur budgetnya, adalah yang sering saya rencanakan bersama anak-anak, terutama si sulung ya, karena dia yang sudah paham, walaupun dia anak laki-laki hehehe

Kalau belanja ke swalayan, saya juga membiasakan bersama untuk melihat tanda kadaluwarsa makanan, komposisi makanan, label nutrisinya, dan lain-lain, dan mengajarkan anak untuk belanja hemat juga.
Misalnya, kalo ada beli dua gratis satu kwkwkwkwkwkw, apa yang lagi diskon dan sebagainya.
Tapi walaupun lagi diskon, tetapi kita tidak membutuhkannya, sebaiknya tidak dibeli. Hemat boww
Tak perlu membeli yang tak diperlukan kan?


Menjaga kebersihan diri

Sedari kecil, biasakan anak untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri, mandi setiap hari, mengganti baju, menyikat gigi, dan memahami bagian-bagian tubuhnya sendiri.
Jadilah panutan untuk anak. Jadi ketika anak kita mencapai aqil baligh, ia sadar akan seksualitasnya.
Jika bimbingan yang kita berikan tepat sasaran, dampak positifnya adalah dapat menekan timbulnya perilaku tidak pantas dan penyimpangan seksual.


P3K

Yap! P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.

Beberapa studi penelitian menyarankan bahwa, sebaiknya sejak usia 4 -5 tahun anak-anak diajarkan untuk mengingat nomor-nomor telepon penting atau darurat.
Sayangnya di Indonesia belum ada nomor telepon seperti 911 di Amerika. Tapi paling tidak anak kita hafal nomer telepon kita, ayah dan ibunya.
Lalu, pertolongan sederhana, seperti, mengobati luka kecil, atau gigitan serangga, lebih bagus lagi jika bisa mengajari mereka bagaimana cara menghentikan pendarahan.


Mengelola waktu

Memang akan sulit kebiasaan mengelola waktu ini jika tidak dibiasakan sejak dini. Terbukti pada anak sulung saya, karena saya terlambat mengajarkannya.
Kami sudah mulai belajar untuk membuat rencana, memprioritaskan sesuatu yang bersifat produktif, seperti bikin PR, membantu pekerjaan rumah, dan lain sebagainya.
Kami membuat jadwal harian, jam berapa bangun tidur, jam berapa sholat, makan, bikin PR, hafalan, main, dan lainnya, dan menyetel alarm dari telepon genggam untuk setiap kegiatan, dan kami menggantung kalender jadwal yang lucu di tempat yang terjangkau yang mudah dilihat untuk dioret-oret..

Tapi ya itu karena pembiasaan ini terlambat dimulai, jadi masih sering errornya, tidak melaksanakan sesuai jadwal, atau bahkan ada yang tidak dikerjakan.
Tapi tetap berusaha semaksimal mungkin, semangat!!!


Etiket dan perilaku sosial

Anak bungsu saya, 3 tahun sudah bisa memberi salam, menghormati orang tua, bersikap sopan, dan berbagi (walaupun kadang mau berbagi kadang gak).
Lalu kami juga membiasakan sejak dini untuk duduk diam dan makan dengan baik baik di meja makan, atau makan di lantai (makan jangan berdiri).
Jika anak kita memiliki kemampuan sosial yang baik, maka mereka akan memiliki hubungan interpersonal yang baik juga dengan orang lain, dan sukses dalam karir.

Penting juga diajarkan di era digital seperti sekarang ini untuk memiliki etiket digital. Misalnya, menggunakan media sosial dengan bijak, berkata-kata di medsos, etiket mengunggah foto, dan lain sebagainya.


Mengenal lokasi dan transportasi

Dulu ketika SMP, saya naik sepeda ke sekolah, jarak rumah - sekolah itu sekitar 1 km.
Nah sekarang, anak saya kalau ke sekolah diantar dan dijemput.
Agak khawatir melepasnya pergi sendiri, dikarenakan maraknya kasus yang berkaitan dengan anak di masa sekarang ini.


Padahal sebaiknya anak juga mengenal transportasi umum dan tau membaca peta, atau mengoperasikan navigasi.
Beberapa kali saya mengajaknya ngangkot alias naik angkot, jangan taksi online terus kan.
Untuk navigasi sendiri, anak sulung saya lumayan faham dengan google map.

Dan kami juga sudah mengenalkannya dengan simbol-simbol lalu lintas. Lumayan hafal jalan-jalan di Kota Medan, jalan-jalan di sekitar rumah, jalan menuju sekolahnya, jalan menuju kantor ayahnya, jalan menuju tempat mengaji neneknya, dan familiar dengan bangunan-bangunan yang sering kami lalui (terutama mall yang di dalamnya ada mandi bolanya haizz).

Hal ini termasuk keterampilan lho, yang akan berguna dalam keadaan darurat, mengurangi resiko tersesat.


Regulasi Diri

Kita yang dewasa saja terkadang masih susah mengendalikan dan menerima emosi (halah kok terkadang, sering saya mah), nah mari kita latih anak-anak kita sedari kecil, untuk mengidentifikasi perasaan mereka, memahami situasi, mengendalikan emosi negatif, dan terutama meminta bantuan jika mereka membutuhkannya.

Mari kita ajarkan pada mereka bagaimana itu perasaan marah, stres, kesedihan, dan kecemasan, semua perasaan itu bukan sesuatu yang buruk.
Mengekspresikan ekspresi dengan bijak akan membantu anak-anak kita melewati kesulitan hidup, terutama pas mereka remaja nanti dan juga masa dewasa yang penuh dengan dilema dan galau.

Mendirikan tenda bersama ketika kemping beberapa tahun lalu. (foto dokpri)


Demikin,
Salam,
Vivi
LinRaNa Mom

11 komentar:

  1. Keren sekali tulisannya ini, Mbak Vivi. Saya seperti flashback ke masa anak-anak saja. Saya mengalami semua fase itu. Dari belajar mengelolah uang jajan sendiri, disuruh belanja ke warung, sampai ke sekolah naik sepeda sendiri. Tapi meman orang tua saja mengajarkan step by step. Makanya saya pun berusaha menerapkan secara bertahap pada krucil saya.

    BalasHapus
  2. Setuju sama mas bambang, dulu proses belajarnya berlangsung secara alami. Mengalir saja gitu eh tau - tau kita sudah bisa masak , mencuci, berberes dll.

    BalasHapus
  3. Setuju banget anak-anak harus dikasih arahan sebelum usia baligh dan informasi kaya gini masih sedikit ya kalau saya lihat-lihat. Makasih tips ini bisa jadi panduan buat para ibu yang punya anak-anak menjelang usia balighnya

    BalasHapus
  4. Keren banget artikelnya. Yap, Diharapkan ketika anak-anak telah baligh mereka bisa belajar menjalankan kewajiban dan hak yang mereka punya. Sedih rasanya untuk hal yang sepele misalnya anak-anak yang sudah besar eh bajunya masih dicucikan ortunya dan kelewatnya dalaman pun juga minta dicucikan.

    BalasHapus
  5. Awak bilang ke Cheryl kak, kakak harus bisa masak nasi di dandang sebelum tamat SD .

    Kalo ceplok telur sendiri yang nomer 3 udah pande kak. Alzam lah rekornya. Usia TK udah bisa ceplok telur sendiri.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah si kakak kami kl urusan iris rajang dan kupas2 udah bs...nyambal teri dah bisalah, Linrana Mom... kl si nomor dua dan nomor tiga dadar telur masak air bikin susu atau teh itu udah bisa semua. Bahkan bikinin kopi ayahnya jg udah bs. Semua life skills itu utk mereka jg kok nantinya

    BalasHapus
  7. Wah.. Pas banget.. Saya lagi Baca buku prophetic parenting.. Pas bab tsb.. Saling melengkapi... Baca ini juga bikin saya ingat Masa kecil..
    Mksh sharingnya..

    BalasHapus
  8. Anak jaman now tidak mendapat pelajaran budi pekerti jadi untuk masalah etiket sosialnya kurang tertata baik. Apalagi pengaruh gadget jadi ada julukan generasi nunduk karena gak bisa lepas dari hp . Semoga para ortu bisa memberi contoh yg baik deh pd anaknya.

    BalasHapus
  9. Regulasi diri itu masih selalu saya pelajari, bagaimana memajemen emosi, soalnya anak saya meski cowok kalau nangis ampun deh suaranya hehehe
    Kadang mikir, kalau di sekolahnya bisa jadi bukan-bulanan kalau dia cengeng

    BalasHapus
  10. Betul betul bagus tulisannya mom. Secara saat ini kami punya 2 anak usia 11 dan 12 tahun. Ada beberapa poin yang disebutkan di artikel ini sudah dikuasai mereka tapi sebagian lagi belum kami matangkan persiapan nya. Artikel ini menjadi reminder bagi kami. Thanks for sharing

    BalasHapus
  11. Keren sekali tulisannya mbak, sungguh bermanfaat, insya Allah saya terapkan untuk anak saya yang berumur 6 tahun. Beberapa sudah cocok misal bantu kerjaan rumah tangga, beresin mainan tapi yang bagian taat jadwal mesti ngotot2an dulu hehehhe

    BalasHapus