Sumber foto: Wallpaper HP Xiomi |
Seandainya saya menjadi pemimpin, apa yang akan saya lakukan untuk Indonesia?
Demikian tema lomba blog kali ini yang diselenggarakan oleh Golongan Hutan dan Blogger Perempuan Network.
Saya memutuskan untuk memilih Tema Pendidikan, satu dari enam tema yang dapat dipilih oleh peserta lomba.
Sebelum pembahasan lanjut tentang pendidikan yang bagaimana yang menjadi impian saya, sebaiknya kita mengetahui apa sebenarnya definisi dari pendidikan itu sendiri.
Menurut Wikipedia, definisi pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melaui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan pendidikan didapat secara otodidak.
Saya telah melakukan pencarian untuk mengetahui bagaimana tepatnya kondisi Pendidikan di Indonesia pada saat ini. Dan saya mengutip beberapa pendapat masyarakat Indonesia dari beberapa tulisan diblog mereka tentang kondisi pendidikan di Indonesia:
Menurut pendapat dari Abdul Malik Ilham Perdana, mahasiswa dari Universitas Sarjanawisata Tamansiswa, melalui tulisannya di koranbogor dot com, yang dipost pada tanggal 24 November 2019, mengatakan bahwa "pendidikan di Indonesia masih miris, karena masih banyak fenomena kasus antara siswa dan guru. Karakter atau kepribadian dari siswa juga banyak yang bermasalah atau negatif".
Yang menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya adalah tidak ada kerjasama antara orangtua dan guru dalam mendidik dan menciptakan karakter baik pada anak.
Lalu, pada laman Kompas dot com, dalam tulisan yang berjudul “Saat Sistem Pendidikan di Indonesia dinilai kaku dan hampa Makna…”, yang ditulis oleh Retia Kartika Dewi dan dipost pada tanggal 3 Mei 2020.
Ia menuliskan bahwa seorang pengamat pendidikan yang bernama Mohammad Abduhzen menilai bahwa pendidikan di Indonesia terlalu kaku, birokratis dan seperti tanpa makna.
Hal ini dikarenakan penerapan Sistem pembelajaran yang dipakai dinilai sangat terpaku pada standar-standar, pada target muatan kurikulum, hampa makna, dan kurang pragmatis. Hal ini dapat menghasilkan sarjana yang kurang bermutu.
Dapat saya simpulkan secara garis besar bahwasannya kondisi pendidikan di negara kita Indonesia dianggap masih belum seperti yang diharapkan. Kebaikan pendidikan di negara kita belum merata.
Ditambah keadaan pandemi Covid-19 yang sudah hampir satu tahun melanda negara kita dan juga dunia, yang membuat pendidikan di negara kita ‘ agak kacau’.
Sebagai seorang ibu yang memiliki anak usia sekolah, pun mengalami perubahan yang sedikit membuat diri sendiri mengalami shock therapy dalam membersamai anak belajar di rumah selama pandemi.
Sejatinya pendidikan itu memang berawal dari rumah. Dan karena pandemi ini, pendidikan pun sebahagian besar kembali ke rumah.
Jadi, idealnya pendidikan di Indonesia itu seperti apa? Pertanyaan patut ini saya tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu.
Saya ingin anak saya mendapatkan pendidikan seperti apa?
Anak-anak saya, yang kelak akan menjadi bahagian dari generasi muda penerus bangsa. Titik tertinggi dari perkembangan jiwa manusia. Generasi yang memiliki semangat tinggi, bertenaga dan berintelektual. Mereka akan menjadi agen perubahan disetiap zaman. Tulang punggung negara di masa depan.
Jadi, untuk menjawab pertanyaan, Jika Seandainya saya menjadi pemimpin, pendidikan seperti apa yang akan saya terapkan di Indonesia?
Secara pribadi, pertanyaan yang timbul dalam diri saya adalah 'Pendidikan seperti apa yang saya inginkan untuk anak-anak saya',
'saya ingin anak-anak saya kelak menjadi apa? apa perannya sebagai generasi muda?'
Menutup mata dan berfikir.
Inilah keinginan saya. Saya ingin kelak anak-anak saya menjadi
- orang yang religius,
- bertanggung jawab,
- senang berbuat kebaikan,
- dapat menghargai pendapat orang lain,
- menjadi orang yang bersyukur atas segala yang dimiliki,
- bersikap jujur,
- tidak mudah menyerah,
- belajar dari kesalahan,
- tidak langsung menghakimi orang lain,
- berani mengakui kesalahan,
- menjaga Kesehatan fisik dan mental,
- mau mendengarkan sebelum berbicara,
- dan senang menghabiskan waktu dengan keluarga dan orang-orang terkasih.
Tetapi, apakah semuanya itu sudah cukup? Tidak. Saya merasa tidak cukup.
Saya ingin, apabila anak saya kelak memiliki profesi yang dicita-citakannya; misalnya politisi, polisi, tentara, dokter, seorang ahli dalam bidang tertentu, apapun, ia harus menjadi politisi yang berkarakter baik, polisi yang berkarakter baik, tentara, dokter, atau profesi apapun yang memiliki karakter yang baik seperti yang telah saya tulis di paragraph sebelumnya.
Jadi, jika saya memiliki kuasa sebagai pemimpin untuk mengatur semua aspek di Indonesia, saya akan terlebih dahulu membenahi pendidikan untuk anak-anak terutama untuk pendidikan di sekolah dasar, tk dan paud.
Saya akan mengatur, bahwa anak-anak di level pendidikan dasar ini lebih banyak mendapatkan pendidikan agama, pendidikan moral berbasis agama, pendidikan karakter, dan keterampilan hidup.
Pendidikan umum akan tetap diberikan, tetapi porsinya hanya sedikit pada level sekolah dasar ini, yang penting-penting saja, misalnya calistung dan Bahasa Inggris.
Pendidikan yang lebih mendalam lagi akan diberikan ketika mereka berada di kelas 5 dan 6 sekolah dasar, dan di sekolah tingkat lanjutan (SMP dan SMA).
Pendidikan Karakter dan Keterampilan Hidup
Saya akan membuat peraturan, agar terjalin kerjasama antara guru dan orangtua siswa. Karena pendidikan karakter dan keterampilan hidup tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tetapi di rumah pun harus tetap dilatih agar anak menjadi mandiri.
Guru dan orangtua bisa berkoordinasi mengenai apa yang dapat dilakukan. Sekolah dapat memberitahu orangtua bahwasannya, projek keterampilan hidup pada semester ini ada tiga, misalnya: menyapu, mengepel, melap perabotan. Siswa bisa melakukannya di sekolah ketika piket, dan juga diberi tugas di rumah oleh orang tua.
Semester selanjutnya diberi pembelajaran keterampilan hidup yang lain lagi.
Memasak dan menyiapkan makanan juga perlu dilatih sedari dini. Untuk anak paud dan tk bisa diajarkan membantu orang tua menyiapkan meja makan, menata peralatan makan (berlatih dengan peralatan makan yang tidak mudah pecah tentunya), membuat teh manis, mengambil minuman atau makanan sendiri, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk anak yang lebih besar, bisa melakukan praktek memasak makanan sederhana.
Belajar menjaga kebersihan, latihan belanja kebutuhan sehari-hari, belajar mengatur keuangan sederhana, mengajarkan p3k, mengelola waktu, belajar etiket dan perilaku sosial, mengenal lokasi dan transportasi, dan belajar mengendalikan emosi.
Sumber quote: cikimm.com
Sumber foto: Wallpaper HP Xiomi
Menumbuhkan Minat Baca
Setiap level sekolah, apakah itu paud, tk, sekolah dasar, sekolah menengah dan lanjutan membuat projek membaca buku Kemudian membuat review tentang buku tersebut.sesuai dengan tingkatan sekolah masing-masing. Agar terbiasa menulis, melatih mereka juga untuk kelak membuat makalah.
Projek membaca buku ini ada yang membaca buku bersama-sama, dan juga membaca buku secara individu.
Membaca buku secara individu inilah yang harus ditulis reviewnya. Ini dapat dikerjakan oleh siswa tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Sedangkan membaca buku bersama-sama dapat diterapkan pada siswa paud dan tk yang mungkin masih dibacakan oleh gurunya, dan untuk sd bisa dengan cara bergantian membaca buku secara berkelompok.
Dan ini harus sering dilakukan, bisa dua atau tiga kali dalam seminggu, dengan durasi minimal satu jam. Bukunya dipilih oleh siswa secara bergiliran. Sehingga minat bacaan masing-masing siswa bisa dibacakan, didengarkan dan didiskusikan bersama-sama. Melatih anak untuk berdiskusi, menanyakan pendapat dan meberikan pendapat secara sopan dan baik.
Jumlah Siswa per Kelas
Oleh karena itu, sebaiknya jumlah siswa dalam satu kelas tidak terlalu ramai. Untuk sekolah dasar, jumlah siswanya 10 orang per kelas. Untuk sekolah tingkat lanjutan (SMP dan SMA) boleh 15 - 20 siswa per kelas.
Agar pembelajaran lebih efektif. Guru mengetahui karakter siswa-siswanya, dan dapat lebih memberi perhatian yang tepat sasaran pada kemampuan spesifik para siswa bimbingannya.
Pelatihan Parenting bagi Guru dan Wali Siswa
Guru-guru dan juga orangtua secara berkala mendapatkan pelatihan parenting dan memahami psikologi anak. Agar mereka mendapatkan ilmu bagaimana menghadapi siswa-siswa berdasarkan karakter siswa tersebut. Harus berkala, karena ilmu jika tidak direfresh akan terlupa.
Kelas-kelas parenting ini dapat menjadi kelas curhat juga. Guru dan orang tua juga manusia, mereka perlu mencurahkan isi hati terkait profesi mereka sebagai guru atau pun sebagai orang tua yang memberikan pengajaran kepada siswanya atau pun anaknya.
Demikian
Sumber foto: Wallpaper HP Xiomi
Pelatihan Parenting bagi Guru dan Wali Siswa
Guru-guru dan juga orangtua secara berkala mendapatkan pelatihan parenting dan memahami psikologi anak. Agar mereka mendapatkan ilmu bagaimana menghadapi siswa-siswa berdasarkan karakter siswa tersebut. Harus berkala, karena ilmu jika tidak direfresh akan terlupa.
Kelas-kelas parenting ini dapat menjadi kelas curhat juga. Guru dan orang tua juga manusia, mereka perlu mencurahkan isi hati terkait profesi mereka sebagai guru atau pun sebagai orang tua yang memberikan pengajaran kepada siswanya atau pun anaknya.
Ilmu terapan (biologi, fisika, kimia, dan sebagainya) dapat dipelajari dan harus difasilitasi sesuai minat dan bakat anak. Tetapi karakter dan kebiasaan baik harus ditanamkan sejak dini. Agar terbiasa hingga dewasa kelak, sehingga masyarakat Indonesia menjadi manusia-manusia yang ramah dan memiliki karakter baik, seperti yang telah dikenal dunia selama ini.
Demikian
Sumber foto: Wallpaper HP Xiomi
Pendidikan karakter termasuk point yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia ini ya kak. Bagiku percuma pindah kalau gak ada akhlak. keren banget nih visi misi kak vi. Moga sukses ya. ^^
BalasHapusNah iya, saya setuju jika guru dan orang tua siswa mendapatkan materi parenting juga karena memang dibutuhkan dalam membombing anak di sekolah.
BalasHapusIya mbak, penting juga tentang a anak2 kita harus punya sifat religious tak hanya tentang pendidikan yg umum saja. Namun tetap ditanamkan sikap keagaaman juga.
BalasHapusPinter Kak. Dari yang banyak aku baca banyak orang memilih tema tentang hutan dalam lomba ini. Tapi kakak memilih tema pendidikan. Bagus karena saingannga nggak banyak.
BalasHapusOh ya Kak. Ada yang ingin saya tanyakan. Apa kakak punya anak perempuan? Kalau suatu hari nanti anak perempuannya bercita-cita atau berkeinginan menjadi ibu rumah tangga, bagaimana? Apakah Kakak akan mendukungnya atau memotivasinya untuk memilih keinginan yang lain?
Mendukung.
HapusBekali saja dengan keterampilan untuk anak perempuan.
Dia bisa sekolah memasak, fashion designer, atau apapun sbg minatnya. tetap menanamkan karakter baik, biar nanti anak perempuan kita menjadi anak yang penyayang. Sayang keluarga, sayang anak, sayang suami, sayang sama mertua dan para ipar.
Walau anak berkeinginan jd full time mom, tetap harus pinter ya kan.. .
HapusJd ahli bahasa juga ok hehehe
iya aku sepakat
BalasHapusbahkan pendidikan adalah satu-satunya cara terbebas dari kemiskinan
mengangkat derajat diri sendiri
ilmu adalah yang paling berharga
Masya Allah, harapan ibu akan anaknya seperti yang mba gambarkan di 13 poin di atas tentu sama seperti impian seluruh ibu di dunia ya mba. Saya pun juga demikian.
BalasHapusSaya setuju mba, pondasi dasar anak kita harus kuat. Kalo dia sudah kuat di agama, dia akan tangguh di masa depan.
Penerapan sistem pembelajaran yang dipakai di Indonesiamemang terpaku pada banyak standar, target muatan kurikulum, sehingga outputnya kurang sesuai harapan. Ulasan yang menarik Mbak...Saya setuju jika pendidikan karakter perlu di kedepankan juga segala wacana yang dituliskan di artikel ini
BalasHapusAh saya bermimpi jika ada perubahan seperti ini pendidikan kita akan lebih maju pasti
Bagus nih mbak kl diadakan pelatihan parenting bagi guru dan wali siswa, agar sama2 memahami mengenai psikologi anak. Apalagi menghadapi karakter siswa di era digital sekarang ini butuh kekompakan antara guru dan wali siswa itu sendiri
BalasHapusaku setuju banget sih mba kalau pendidikan adalah kunci mendasar buat karakter, tumbuh kembang, dan sikap anak di masa depan, pun kita g akan pergi kemana-mana dan survive tanpa pendidikan ya
BalasHapusMemang pendidikan di Indonesia ini masih terpaku pada angka-angka, v nilai-nilai pelajaran yang hanya diambil dari mata pelajaran saja. Belum memasukkan nilai-nilai karakter, budi pekerti dan juga akhlak. PR besar nih kak buat kita semua. Karena semakin ke depannya makin banyak moral bangsa yang harus kita benerin. Mau nggak mau harus dimulai dari rumah.
BalasHapusIndonesia terkenal dengan ramah. Tentu akan lebih baik jika dibarengi dengan budipekerti yang baik serta pengetahuan yg bgs. Ideal bgt ya hehe
BalasHapusIsh dukung kali awak kalo kaka maju jadi menteri pendidikan, awak paling depan milih kaka 👍
BalasHapusSepakat..
BalasHapusPendidikan adalah koentji..🙂
Semakin terididik masyarakatnya, semakin maju negaranya..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSatu lagi tambahannya Kak Vi... Berikan penghasilan yang layak para pendidik yg mengemban tugas konstitusional mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan kaleng²lah ya kann, huhuuu
BalasHapusMaaf td didelete krn typo ya Kak
Itulah kenapa dalam Islam pendidikan atau belajar disyariatkan dari buaian hingga liang lahat. Karena urgensi pendidikan ini. Utamanya ilmu yang wajib dan ilmu pendukung
BalasHapusInget waktu masih exchange di Amerika, nilai-nilai dalam hidup dan karakter udah dipupuk sejak anak masih kecil di rumah. Sehingga di sekolah guru tinggal mengembangkan kepercayaan diri mereka untuk bereksplorasi di kelas. Semoga pendidikan Indonesia bisa lebih baik dalam beberapa tahun ke depan ya moms..
BalasHapusKeren akak nih..
BalasHapusDilemanya ya gitu kak. Emak harus ektra kerja keras cari skul yg sesuai dengan apa yg diharapkan ke anak sebagai orang tua. Dapatpun bagus,dirumah juga harus menjalankan kebiasaan baik yang sudah diajarkan diskolah. Harus saling dukung,apalagi untuk karakter anak.