Parenting Blogger Medan: Teknik Pengasuhan Anak Laki-laki

Assalammualaikum wr wb,

Anak laki-laki itu harus macho atau jantan

Parents, stereotip seperti ini hanya akan menghambat perkembangan daya imajinasi dan kreativitas anak kita. Kreativitas itu bermula dari pola pikir yang fleksibel lho. 
Memberikan dorongan semangat kepada anak laki-laki kita BUKAN agar dia menjadi anak laki-laki yang jantan, tetapi agar ia dapat menjadi anak laki-laki seutuhnya.
Dukungan dari kita dapat membantu anak lelaki kita untuk tumbuh menjadi anak yang fleksibel dan kreatif.

Sejak masa kehamilan, banyak sekali orang tua terutama kaum ibu nih yang mempersiapkan perlengkapan bayi dengan membedakan warna sesuai jenis kelaminnya. Stereotip seperti ini berlangsung hingga anak lahir.

Perlengkapan anak laki-laki itu berwarna biru, dari mulai baju, sepatu, sampai sikat giginya pun berwarna biru.
Buibu ada yang seperti itu kah dulunya? Alhamdulillah saya gak, warnanya campur-campur sesuai yang bagus saat itu, sesuai mood saya, biru, hijau, kuning, merah, tapi kalau dipikir-pikir saya tetap tidak mempersiapkan warna pink untuk bayi laki-laki saya waktu itu.

Kenapa ya untuk anak laki-laki selalu identik warna biru? 
Padahal stereotip gender  seperti ini berdampak negatif lho ke pola pikir anak. 
Anak laki-laki harus macho, harus jantan, tidak boleh menangis, tidak boleh menyukai warna pink.
Entah bagaimana stereotip seperti ini bermula.

Ada beberapa teknik pengasuhan dalam membesarkan anak laki-laki yang saya baca dalam ulasan parenting di aplikasi parenting yang sering menjadi acuan saya.
Mari kita bahas satu persatu:


Berhenti menyuruh anak hanya menggunakan baju biru saja.

Sedari anak lahir dan dia belum memiliki warna pilihannya sendiri, para ibu biasanya memberikan perlengkapan dan peralatan biru untuk anak laki-lakinya. Biru berkesan warna laki-laki.

Tapi sebaiknya kita fokus kepada design dan kegunaan barang-barang tersebut saja. Dan tidak usah terlalu terfokus pada warnanya.

Ketika dia sudah bisa menentukan warna pilihannya sendiri, biarkan saja ia memilihnya sendiri.

Putra sulung saya, awalnya menyukai warna biru, lalu berubah menyukai warna oranye, sekarang berubah menyukai warna biru lagi. 
Saya membebaskannya.


Menghargai selera anak laki-laki kita.

Anak laki-laki teman-teman mungkin saja menyukai benda berwarna pink, benda yang umumnya disukai anak wanita, atau gambar kucing yang lucu.

Putra bungsu saya yang berumur 3 tahun, menyukai warna pink. Dia memilih permen karena bungkus permen atau snack berwarna pink, dia juga suka boneka beruang karena berbulu lembut.

Dan saya tidak memberikan komentar kepada dia yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap seleranya. Saya biasanya memberikan komentar seperti ini: "wah pilihan warna yang bagus dek". "Lembut sekali bulu beruangnya ya".

Jangan katakan kalau dia tidak boleh menyukai warna pink, karena itu warna anak perempuan.
Karena akan muncul rasa tanda tanya, bersalah, bahwa dia anak laki-laki tapi kenapa dia menyukai hal yang disukai oleh anak perempuan. Wah itu titik awal bahaya.

Kami punya boneka beruang yang dulunya berbulu lembut tapi sekarang sudah buluk sekali yang masih sering dimainkan anak-anak. Putra bungsu saya sering menggendongnya menggunakan gendongan, dan bersenandung sholawat seperti ketika dia dininabobokan ayahnya.
It's okay for me. Saya tidak mempermasalahkan hal tersebut, semoga anak laki-laki saya ini kelak menyayangi anaknya, membantu istrinya untuk meninabobokan anaknya.


Anak laki-laki juga boleh menangis.

Anak-anak tumbuh besar dengan tangisan. Seringnya orangtua terutama para ayah nih, mengharapkan anak laki-lakinya tumbuh kuat, dan mengomelinya ketika menangis.
Tapi ingatlah parents, anak laki-laki kita itu masih anak-anak. Ia menangis karena dia tidak dapat mengekspresikan kemauannya dengan kata-kata.
Daripada membentaknya dengan kata-kata "anak laki-laki gak boleh nangis", lebih baik kita fokus terhadap apa yang ingin dia sampaikan dan mengapa ia menyampaikannya dengan tangisan.


Suka bermain dengan teman-teman perempuan

Apabila anak laki-laki anda suka bermain dengan teman-teman perempuannya, jangan cemas, ini hanya soal minat saja.


Ayah adalah role model utama untuk anak laki-lakinya.

Di dalam keluarga, ayah adalah role model utama anak laki-lakinya. 
Jika ayah menunjukkan bahwa ia TIDAK membantu ibu melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, karea mengganggap hal itu BUKAN pekerjaan laki-laki, atau suka membeda-bedakan tugas laki-laki dan perempuan, maka anak akan memahami perbedaan gender yang tidak tepat. 

Ayah harus bisa menunjukkan 'sosok ayah' yang menolong pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Jadi pola fikir yang fleksibel akan tumbuh dalam diri anak.


Terlepas dari apapun jenis kelaminnya, pujilah kelebihan anak.

Ucapan keliru saat mengungkapkan pujian yang membanding-bandingkan peran gender kepada anak laki-laki, misalnya seperti "karena laki-laki makanya anak bunda pasti kuat ya", "karena laki-laki makanya jago lari".

Tentu saja, pujian merupakan teknik ampuh dalam masa pertumbuhan anak. 
Tapi dibandingkan pujian yang membanding-bandingkan gender, lebih baik berilah pujian yang sesuai dengan kelebihan atau prestasi yang ditunjukkan oleh anak.

"Anak bunda jago sekali larinya".

"Anak mama makannya pinter, dan rajin olahraga, makanya jadi kuat seperti ini ya"
Sumber foto: Canva

Demikian parents, semoga pembahasan kali ini bermanfaat ya.
Salam
Vivi
LinRaNa Mom

12 komentar:

  1. Kalo baju bayi dan perlengkapan , semuanya nyampur euyy gak peduli warna. Apalagi kami (awak dan mba shis) sering ondang anding perlengkapan bayi (gantian).

    Tahun ini ke rumah kami, tahun depan ke rumah dia.. hahah

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah sekarang sudah punya 2 jagoan juga. So far aman2 saja.

    Meskipun memang streotipe terkait warna sering terjadi. Tapi sebagai orang tua pasti milih yang terbaik buat anak

    BalasHapus
  3. Sepertinya pola pengasuhan anak laki dengan anak perempuan beda ya mba,terutama cara penyampaiannya agar ia tidak semakin bingung atau malah menambahh rasa penasaran nya

    BalasHapus
  4. Anak lelakiku malah cenderung bukan tipe anak macho. Dia tipe anak pemalu, penyayang, suka membantu pekerjaan rumah ibunya, suka mijitin ibunya, meskipun kalau berantem sama adiknya ya tonjok dan tendang pun tetap keluar.

    Buatku, anak laki-laki juga nggak mesti begitu, sih. Bukankah saat nanti dia menjadi kepala keluarga, tetap harus memiliki sifat lembut kepada istri dan anak-anaknya?

    Kadang sih aku tuh kepengen banget punya anak laki-laki yang hobi main bola atau becek-becekan. Hahaha, tapi yo wis lah, dia lebih tertarik sama ikan dan kadal, sih.

    BalasHapus
  5. saya kalo ngasih masukan, sering dianggap 'ga tau apa2'. padahal parenting itu kan pengetahuan. bukan hal yg hanya diketahui mereka yg sdh beranak-pinak. tp ya gitu sih kl ada di tengah lingkungan yg doyan judging. #curcol 😁

    BalasHapus
  6. Betul kak, memang gender stereotype ini banyak banget yang masih pakai ya. Gemes sendiri jadinya. Padahal biarkan saja anak tumbuh sesuai aspirasinya dia, kalau memang ada yang melenceng jauh barulah orang tua arahkan. Dengan menulis artikel ini semoga bisa membantu sosialisasi soal ini...

    BalasHapus
  7. wah bagus nih materinya, buat persiapan jika punya anak laki-laki..

    BalasHapus
  8. Artikelnya bagus mb ..nambah wawasan tentang pengasuhan anak. Saya dulu milih baju bayi anak saya juga campur-campur. Cuma warna pink yang ga ada. Hihi ..

    BalasHapus
  9. Warna itu universal ya kann jd gak perlu dikotak²kan sesuai jenis kelamin anak. Ocean aja punya beberapa baju n celana warna pink hihi

    BalasHapus
  10. Iya Mbak, pengasuhan anak laki-laki memang beda banget dengan anak perempuan. Kebetulan 3 anak saya laki-laki. Lebih jumpalitan dan sosok ayah sangat mempengaruhi mereka.

    BalasHapus
  11. Katanya sih memang beda ya tapi aku kurang tau juga sih soale anak-anakku perempuan semua sekarang hehe.

    BalasHapus