Perjalanan dan Pengalaman Literasi


Saya dan Pengalaman Literasi

Saya adalah seorang ibu dengan tiga orang putra.
Sejak kecil, saya suka sekali membaca. Semua saya baca, buku cerita anak-anak, majalah anak-anak, bahkan banner-banner dan merk-merk toko-toko di jalanan pun saya suka membacanya, tapi itu dulu ketika saya baru bisa membaca.

Ketika saya masih kecil, saya punya kios langganan untuk membeli majalah anak-anak yang terbitnya mingguan. Bapak dan ibu penjualnya bahkan sampai kenal dengan saya, dan biasanya mereka akan menyimpan satu majalah anak-anak tersebut supaya saya tidak kehabisan, karena saya beli majalah kesayangan saya itu dengan tidak jajan selama seminggu. 
Terkadang saya tidak bisa membelinya tepat waktu, karena uangnya terpakai untuk hal lain.

Tempat favorit saya adalah toko buku. Ketika itu, ada supermarket yang lumayan besar di kota saya, yang punya pojok buku-buku bacaan, termasuk buku-buku cerita anak-anak, novel remaja, dan lain sebagainya. Jika kami sekeluarga belanja ke supermarket tersebut, maka saya pasti minta izin kepada ibu, agar bisa mojok di pojokan buku cerita. Dulu toko buku tidak membungkus buku jualannya seperti sekarang ini, sehingga para pembeli bisa lihat-lihat isi di dalamnya dan membacanya.
Jika keluarga saya telah selesai berbelanja, mereka akan menjemput saya yang pasti sedang asik membaca buku di pojokan buku tersebut. Waktu cepat sekali berlalu ketika membaca buku.

So many books, so little time --- Frank Zappa

Setiap lebaran, anak-anak seperti kami pasti punya banyak uang hasil salam tempel, atau biasa juga disebut angpao lebaran. Saya dan adik-adik juga punya celengan dari tanah liat, yang biasanya dibeli pasca lebaran, dan akan dipecahkan ketika akan lebaran.
Uang hasil celengan akan digabungkan dengan uang salam tempel lebaran, setelah dibelikan celengan baru, sisanya akan saya bawa ke toko buku, dan semua uangnya saya belikan buku.
Saya ingat, buku yang paling saya suka ketika anak-anak dulu itu adalah serial Nina. Serial Nina ini, tokoh ceritanya pasti adalah cerita gadis remaja. Saya suka sekali.

Beranjak remaja, pilihan bacaan saya pun mengalami penambahan. Walaupun saya masih suka majalah anak-anak, tapi saya juga mulai suka membaca majalah remaja, novel-novel remaja, komik, dan juga tabloid Nova yang biasa dibeli oleh ibu saya.
Untuk majalah remaja, waktu itu saya suka beli dan baca majalah Anita, Aneka, majalah Hai (kelihatan ya angkatan tahun berapa saya ini hihi).
Dan untuk novel-novel, saya suka baca cerita detektif, seperti karya-karya Agatha Christie, Sherlock Holmes, Trio Detective, karya-karya Enid Blyton, Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, dan lainnya.
Untuk novel remaja saya suka baca karya-karyanya Hilman, seperti, Lupus, Olga dan sepatu roda, karena sangat menghibur sekali menurut saya.
Saya juga sangat menyukai karya-karya Enid Blyton lainnya juga, seperti cerita-cerita sekolah berasrama Malory Towers, dan sebagainya.

Ketika SMA, saya terdaftar di taman bacaan di kota saya waktu itu. Itu adalah surga bagi pecinta buku seperti saya. Saya membaca banyak buku-bukunya Agatha Christie. Hampir semua judul saya sudah baca. Dan koleksi serial Nina, favorit saya masih kecil pun ada di taman bacaan itu.

Ketika di perguruan tinggi, saya menemukan buku-buku karya Laura Inggals Wilder, lengkap semua judul, bahkan yang ditulis oleh putri Laura Inggals Wilder, Rose Wilder, pun ada, lanjutan dari kisah yang di tulis oleh Laura.

Wah, saya sangat senang sekali. Mengumpulkan uang saku sedikit demi sedikit untuk membeli satu persatu buku itu. Walaupun tidak semua, tapi sebahagian besar dapat saya miliki.
Ketika salah satu toko buku terbesar di Indonesia mengadakan diskon besar-besaran ketika saya masih di perguruan tinggi, saya menemukan buku Gone With The Wind karya Margareth Mitchel yang diterbitkan pada tahun 1936.
Ada 4 buah buku, dan satu buku sequel tebal. Buku sequelnya baru saya dapatkan beberapa tahun kemudian di cabang toko buku tersebut di kota Medan.
Buku ini pun sudah difilemkan di tahun 1939, dibintangi oleh Vivian Leigh sebagai Scarlett O’hara dan Clark Gable sebagai Rhett Butler.

Bagaimana saya bisa begitu menyukai membaca?

Mungkin dari ayah saya. Yang saya ingat, ibu saya kurang suka membaca buku. Dan marah jika hanya buku yang saya beli, dan menurut beliau saya ini terlalu banyak membaca, beliau kurang suka, karena takut mata saya nanti rusak.
Ya, mungkin benar, karena saya harus pakai kacamata ketika saya masih duduk di kelas empat sekolah dasar dikarenakan membaca. Tidak tanggung-tanggung, langsung minus empat. Ibu saya sedih sekali ketika itu.

Hingga saat ini pun beliau kurang suka jika melihat anak-anak saya (cucu-cucunya) suka membaca. Saya katakan pada beliau, bahwa 'banyak orangtua yang ingin anaknya suka buku daripada suka gadget, bahkan pemerintah pun sedang menggalakkan agar masyarakat Indonesia suka membaca'. Ibu saya geleng-geleng kepala.


Buku terbaru kami, beli online


Buku dan Anak

Sekarang, saya sudah menjadi seorang ibu dengan tiga orang putra. Pilihan buku bacaan saya pun sudah bertambah, saya sekarang menyukai buku-buku parenting dan buku-buku resep masakan praktis.
Saya masih semangat membaca dan semangat juga menularkan indahnya membaca kepada anak-anak.
Apalagi, sekarang ini begitu banyak pilihan buku untuk anak-anak. Mulai dari boardbook, buku bantal, buku yang ada epennya, sehingga ketika ibunya sedang sibuk sehingga tidak ada yang membacakan, si anak bisa menggunakan epen.
Tapi untuk saya sendiri, epen dipakai apabila saya sedang tidak bisa menemani anak membaca. Saya lebih suka kami membaca atau sibuk pada sebuah buku bersama, karena bonding dengan anak akan sangat baik sekali.
Sulung saya sudah kelas dua SD dan sudah bisa membaca, jadi tugas membacakan buku untuk kami diserahkan kepadanya. Nanti apabila adik-adiknya sudah bisa membaca juga, kami akan membuat jadwal membacakan buku, saya dan ayahnya pun akan dapat giliran membaca.




Kami sudah memiliki koleksi beberapa buku, dan punya perpustakaan mini di rumah. Biasanya sebulan sekali kami membeli buku untuk anak-anak. Baik itu pergi ke toko buku, ataupun membelinya secara online. Baru-baru ini ada bazaar buku besar di kota tempat saya tinggal, dan kami membeli beberapa buku yang bagus.


Anak sulung saya sudah mengerti buku mana yang bagus, dan sudah bisa memilih sendiri buku yang disuka. Dia suka buku-buku tentang siroh Nabi SAW, buku-buku tentang gunung, planet-planet, semacam ensiklopedi anak-anak.
Sedangkan dua anak yang kecil bukunya masih saya pilihkan.


Beberapa buku dari perpustakaan mini keluarga kecil kami


Fisik Buku

Pilihan membaca pun sekarang sudah beragam, fisik buku pun sudah beragam, ada ebook, dan sebagainya, begitu banyak pilihan aplikasi buku di smartphone.
Walaupun saya sering membaca keduanya, baik buku yang sebenarnya, ataupun melalui aplikasi, tapi saya pribadi lebih membaca buku dalam fisik buku yang sebenarnya.

Dari buku-buku yang saya baca, saya belajar tentang kehidupan, tentang kesetiakawanan, betapa beruntungnya berada di tengah-tengah keluarga. Betapa beruntungnya saya memiliki kesehatan, teman-teman yang baik, mudahnya menggapai ilmu.

Dengan membaca buku, saya ikut merasakan petualangan-petualangan dari tokoh-tokohnya. Saya dapat merasakan ujian kesabaran mereka, dan ikut senang ketika sang tokoh berhasil mencapai tujuannya. Ikut merasakan ketegangan ketika membaca cerita detektif.
Saya juga dapat membayangkan menjelajahi daerah-daerah di  mana si tokoh cerita berada.
Seru sekali.
Membaca dapat membuat saya lebih peduli pada orang lain. Membaca dapat membuat saya berfikir, bahwa apa yang terlihat belum tentu seperti itu kejadiannya (mungkin karena sering baca cerita detektif juga hehe).

Dan saya ingin anak-anak saya juga memiliki sifat seperti itu, selalu positif thinking. Tidak mudah menghakimi seseorang padahal kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua kejadian.





Demikian sekelumit kisah perjalanan dan pengalaman literasi saya. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Salam
Vivi
LinRaNa Mom



#sahabatkeluarga
#literasi keluarga

33 komentar:

  1. Buah jatuh gak jauh dari pohonnya ya kan kak ♡

    Awak dulu sering curi2 baca buku hilman boim alias lupus punya bunda dlima. Apalagi cerita lupus kecil, sering bikin ketawa sampe gak Bisa berenti.

    BalasHapus
  2. Buah jatuh gak jauh dari pohonnya ya kan kak ♡

    Awak dulu sering curi2 baca buku hilman boim alias lupus punya bunda dlima. Apalagi cerita lupus kecil, sering bikin ketawa sampe gak Bisa berenti.

    BalasHapus
  3. Memang enak x lah membaca itu ya Kak Vi. Awak aja dl sampe berondok di atas pohon jambu sambil baca Bobo, biar gak disuruh cuci piring sm mamak awak. Read everyday, learn everyday ya. Tfs Mom

    BalasHapus
  4. Kalau Una dulu Bobonya dianter ke rumah kak tiap hari Jumat 😁
    Memang yg gak mamak-mamak suka dari anaknya membaca sambil tiduran di malam hari, alhasil semua jadi kacamataan hihi

    BalasHapus
  5. Bobo yang terbit tiap hari kamis selalu ditunggu ya kak. Hobi baca dv nggak se-ekstrem suami sih. Dan sekarang belum berani lagi baca novel2 kesukaan. Takut nggak bisa kontrol diri, nggak bisa berhenti sampe selesai.

    BalasHapus
  6. Perlu memang ya kak mengajarkan suka membaca dari kecil. Ya dimulai dari diri kita sendiri yang membacakan buku untuk anak-anaknya. Dulunya suka baca bobo. sekarang banyak banget buku yang bagus2 dan uniknya.

    BalasHapus
  7. Luar biasa perjalanan literasinya mbak. Baca buku bagi saya bukan sekedar hobi tapi sudah masuk kebutuhan. Damai rasanya kalau sedang baca buku dan terlibat di dalamnya.

    BalasHapus
  8. Saya juga dari dulu suka baca Kak, baca apa aja, sampai akhirnya kehabisan bacaan dan disuruh nulis sama Ibu, hehehe. Jadilah saya nulis dan baca sendiri kalau pas keabisan bacaan. Goodluck Bu

    BalasHapus
  9. Menyenangkannya kalau anak sudah senang membaca ya Mbak. Akan banyak hal hal positif yang bisa dikembangkan

    BalasHapus
  10. InsyaAllah literasi akan membuka wawasan anak, dan menjadikan karakternya kian tangguh dan positif.
    Semangaaattt ya Mom
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  11. Saya juga suka membaca sejak kecil. kalo bete main sama temen saya biasanya lari keperpustakaan.

    BalasHapus
  12. Kayaknya kita seangkatan deh mbaa.. trus ada juga Tini yang gambarnya bagus banget. Tahu gaa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya tau hehehehehe
      tini itu udah dibuat juga cetakan barunya di gramed, saya liat kemaren tu

      Hapus
  13. Saya juga awalnya suka membaca, karena selalu dibacakan majalah Bobo oleh anak tetangga, Mbak. dari awalnya mendengar sambil melihat gambarnya, lalu akhirnya suka membaca setelah bisa membaca. lalu karena suka membaca, akhirnya ingin belajar menulis cerita juga. membaca itu keren, karena menambah pengetahuan dan wawasan.

    BalasHapus
  14. Allm ayahku suka baca koran, sampe dulu langganan setiap hari dan beliau juga beliin bobo buat aku. ah. jadi kenangan indah

    BalasHapus
  15. Aku jadi mulai suka baca karena aku jualan. Mau gamau jadi suka baca hehe

    BalasHapus
  16. Saya mah dari kecil suka baca komik, sampai segede gini juga tetep suka baca komik. Hihi. Cuma genrenya yang beda, dulu yaa fairy tale gitu, sekarang cari-cari yang thriller, scifi, horror, yang penting baca.
    Mbak, halaman khusus anak yang di tabloid Nova apa ya namanya? lupa saya, dulu seneng banget baca itu, sering juga kirim hasil mewarnai ke sana. hehe

    BalasHapus
  17. Pengalaman yg paling berkesan terkait literasi itu waktu SD aku suka baca majalah bobo bekas milik temanku yg dibawa kesekolah mbak. Karena desaku jauh sama kota, jadi ga pernah ke toko buku. kalau mau beli buku mesti nunggu ada bazaar di sekolah hehee.

    BalasHapus
  18. Aku dari jaman sekolah suka banget nulis diary dan baca novel,hhheee... Dan paling ngga tahan kalo buku udah diskon 😆

    BalasHapus
  19. Inspiratif pengalaman dan perjalanan literasinya Mbak. Dan Alhamdulillah ditularkan ke keluarga ya...Salut!

    BalasHapus
  20. Saya juga suka buku dan sering diomeli ibu. Malah jadi nostalgia

    BalasHapus
  21. Senangnya, ada keturunan yang suka membaca juga. AKu sendiri bingung hobi membaca aku tuh dari mana, soalnya mama aku tuh gak hobi baca

    BalasHapus
  22. Saya setuju sekali jika membaca itu membuat kita lebih peduli dg orang lain. Karena suka membaca memperluas wawasan kita.

    BalasHapus
  23. Saya suka banget baca buku dan lain2. Tp suka baca di tempat sepi, jd agak susah kasih contoh ke anak.

    Skrg sih saya bikin perpus mini buat anak2 baca,semoga bisa bikin minat baca semakin banyak

    BalasHapus
  24. Wah, orangtuanya bakal bahagia bnaget pastinya Mak ounya anak demen baca begitu.

    BalasHapus
  25. Sekelumit kisah masa kecil kak Vivi mengingatkan pada masa kecilku dahulu.
    Aku itu pernah berlangganan majalah Bobo dan majalah Aku Anak Shaleh.
    Tulisan ini buat aku rindu nih*

    BalasHapus
  26. ternyata ada juga yang suka dengan novel misteri seperti aku, termasuk novel dari sherlock holmes

    BalasHapus
  27. Percis kayak mamak jg gt. Gak suka banyakan baca hahaha akibatnya mata silindris, maklumlah sampe di angkot dan keadaan gelap gulitapun baca hahah

    BalasHapus
  28. Jadi, kegemaran membaca harus diberikan tauladan.
    Setuju bangetlah...

    BalasHapus
  29. Dulu saya suka bacaaa. Sampa inget, buku yang pertama kali saya baca judulnya awas anjing galak :D

    BalasHapus
  30. Kebiasaan membaca sejak kecil juga datang dari ayah Saya, yang sekarang berusaha Saya tularkan ke anak dengan memperbanyak koleksi buku di rumah kami

    BalasHapus
  31. Saya mulai asik dengan dunia membaca sejak kelas 1 sd. Waktu itu orang tua sudah membelikan majalah bobo. Efeknya sekarang sangat terasa. Paling tidak gak gampang termakan hoax

    BalasHapus